Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan Belum Naik atau Turun, BI Diminta Lihat Kondisi Secara Komprehensif

Kompas.com - 03/05/2019, 17:50 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) belum mengeluarkan kebijakan terkait naik atau turunnya suku bunga acuan. Sejak April 2018 lalu hingga saat ini, suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate naik sebanyak 175 basis poin (bps) menjadi 6 persen.

Melihat kondisi itu, sejumlah pihak pun meminta BI untuk lebih cermat untuk menentukan angka suku bunga acuan nantinya.

CEO PT Bank CIMB Niaga Tbk, Tigor Siahaan, mengatakan, memang sejauh ini BI belum mengeluarkan keputusan terkait suku bunga acuan, naik atau tidak. Menurutnya, BI tentu kini masih melihat perkembangan-perkembangan yang ada sebelum memutuskan.

"Tahun ini kita lihat baru saja, minggu lalu tidak menaikkan suku bunga dan tidak menurunkan suku bunga," kata Tigor di Jakarta, Jumat (3/5/2019).

Tigor mengungkapkan, jika pun akan menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan, BI sepatutnya melihat dan memperhatikan beberapa perkembangan yang terkait dengan hal ini. Apakah terkait perkembangan, inflasi, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

"Bagaimana perkembangannya dengan global perspektif dan baru akan melihat apakah ada kesempatan menurukan suku bunga atau enggak," sebutnya.

"Karena kajian-kajian begini, saya rasa harus dilihat secara kompreshensif bukan hanya karena di sana naikkin bunga, di sini enggak, (sehingga) langsung enggak naik (suku bunga acuan," tambah dia.

Dia meyakini, BI akan membuat keputusan yang baik dan bijak terkait posisi suku bunga acuan. Mereka akan mengumpulkan sejumlah data dan faktor pendukung lain untuk menentukan sebuah keputusan. Sehingga, teka teki besaran angka suku bunga acuan akan diketahui.

"Saya rasa BI akan melakukan langkah yang tepat, tapi mereka juga masih lihat datanya. Karena harus lihat data CAD, inflasi, semuanya untuk melihat (berapa) angka yang tepat," imbuhnya.

Ia menambahkan, BI juga pasti memantau terkait suku bunga acuan yang akan ditentukan oleh Bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Apalagi, tahun lalu BI juga memang menaikkan suku bunga sebesar 175 bps.

"Antisipasi dari kenaikan The Fedd juga kan," lanjutnya.

Diketahui, tahun lalu BI melalui Rapat Dean Gubernur Bulanan (BI) memutuskan meningkatkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebsar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen.

Jika diakumulasi, BI telah menaikkan suku bunga sebanyak enam kali sebesar 175 bps hingga November 2018.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, keputusan tersebut untuk menyikapi kondisi global, salah satunya adalah untuk menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit).

Adapun suku bunga deposit facility juga naik 25 bps menjadi 5,25 persen dan lending facility 6,75 persen. Kebijakan tersebut berlaku efektif pada Kamis (15/11/2018).

"Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD) ke dalam batas aman," ujar Perry saat konferensi pers hasil RDG di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com