Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump "Blacklist" Huawei, Microsoft dan Google Ikut-ikutan

Kompas.com - 25/05/2019, 15:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Pemblokiran Huawei  merupakan imbas dari perang dagang AS-China. Setelah Trump memblokir Huawei dari pasar, raksasa teknologi AS lainnya seperti Microsoft dan Google pun turut menjauhkan diri dari Huawei.

Dikutip dari CNN, Sabtu (25/5/2019) Microsoft (MSFT) telah menghapus perusahaan asal China itu dari toko online-nya. Pencarian untuk kata Huawei tidak bisa lagi ditemukan dan diganti dengan kata "Wrong Search" sejak Jumat (24/5/2019). Microsoft pun menolak berkomentar sejak kapan produk itu dihapus.

"Perusahaan tidak mau berkomentar soal ini," kata Juru Bicara Microsoft Andrew Pickup dikutip CNN, Sabtu (25/5/2019).

Sama seperti Microsoft, Huawei pun tidak mau berkomentar lebih banyak.

Disinyalir, langkah ini dilakukan Microsoft setelah Amerika Serikat menempatkan Huawei pada daftar hitam (blacklist) untuk pasar AS. Bahkan pemerintah AS melarang pebisnisnya untuk menjual komponen kepada Huawei.

Selain menghapus Huawei dari daftar pencarian, Microsoft pun berhenti memasok sistem operasi Windows ke Huawei, yang biasanya digunakan setiap laptop di China. Ini menandakan kemunduran untuk raksasa teknologi China.

Diketahui, Huawei adalah perusahaan pembuat ponsel besar yang saat ini tengah bersaing dengan Apple dan Samsung. Namun kini perusahaan tersebut dalam mode krisis karena para pemasok mulai memutuskan hubungan kerjasamanya.

Pekan ini, Google (GOOGL) juga melakukan langkah yang sama dengan Microsoft. Hal itu tentu memberikan pukulan besar bagi Huawei karena ponsel produksi terbarunya tak akan memiliki akses ke sistem operasi Android, Gmail, dan Google Maps.

Akibatnya, operator seluler terkemuka di Jepang dan Inggris menunda peluncuran ponsel Huawei terbaru. Bahkan kemungkinan akan berhenti menyetok Huawei lagi mengingat ketidakpastian sistem perangkat tersebut. 

Padahal bisnis ponsel, laptop, tablet, dan jam tangan pintar Huawei merupakan kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan. Tahun 2018 saja, Huawei melaporkan pendapatan sekitar 349 miliar yuan.

Menurut Ishan Dutt, seorang analis dari perusahaan riset Canalys mengatakan kehilangan Microsoft sebagai partner bisnis tidak akan terlalu menyakitkan bagi Huawei. Sebab, penjualan laptop Huawei di e-commerce Microsoft hanya 2 persen secara global.

Namun, kehilangan sistem google akan banyak berdampak pada kerugian.

"Ini berarti smartphone dan tablet Huawei tidak akan memiliki akses ke aplikasi populer seperti Gmail dan Youtube. Aplikasi pihak ketiga seperti platform ojol dan layanan pengiriman makanan yang mengandalkan Google Maps juga tidak akan berfungsi," kata Ishan Dutt.

Meski ada sistem operasi baru, itu tak serta-merta menjaring kepercayaan konsumen untuk setiap masalah dan keamanan dalam ponsel.

"Ini akan menjadi upaya sangat besar Huawei untuk bisa melakukannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com