Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan Trump-Xi Jinping Lancar, Negosiasi Dagang China-AS Masih Panjang

Kompas.com - 01/07/2019, 07:36 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com - China dan Amerika Serikat masih harus menempuh jalan panjang sebelum akhirnya bisa mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang.

Seperti dikutip dari Reuters yang melansir media pemerintahan China, perselisihan di antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut masih bakal berlanjut meski kedua kepala negaranya telah bertemu dalam KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019).

Amerika Serikat dan China saat ini tengah berada dalam perang dagang. Kedua negara telah memberlakukan tarif yang cukup tinggi untuk masing-masing produk impor.

Namun, di sela KTT G20, terdapat kemajuan yang signifikan dalam hubungan AS dan China di mana Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump sepakat untuk gencatan perang dagang dan kembali melakukan proses pembicaraan.

Baca juga: Imbas Perang Dagang, Kini Giliran Apple dan Microsoft Surati Trump

China Daily, harian berbahasa Inggris yang sering digunakan oleh China untuk menyampaikan pesannya ke seluruh dunia, memperingatkan, meski saat ini ada kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai kesepakatan, namun tidak ada jaminan hal tersebut bakal terjadi.

"Meskipun Washington (Amerika Serikat) sepakat untuk menunda pengadaan tarif tambahan pada barang-barang Cina untuk membuka jalan bagi negosiasi, dan Trump bahkan mengisyaratkan menunda keputusan mengenai Huawei sampai akhir negosiasi, masih banyak hal yang harus diseleasikan," tulis mereka.

“Kesepakatan tentang 90 persen masalah telah terbukti tidak cukup, dan dengan 10 persen sisanya di mana perbedaan mendasar mereka berada, tidak akan mudah untuk mencapai konsensus 100 persen, karena pada titik ini, mereka tetap luas terpisah bahkan pada tingkat konseptual," lanjut China Daily.

Trump bahkan menawarkan perdamaian terkait Huawei kepada Xi. Padahal sebelumnya, Trump mengatakan perusahaan produsen peralatan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia tersebut menimbulkan risiko keamanan nasional AS karena berhubungan dekat dengan pemerintah China, dan telah melobi sekutu-sekutu AS.

Sehingga, pemerintah setempat memblokir Huawei untuk menjauhkan mereka dari infrasrtuktur komunikasi 5G generasi mendatang.

Diplomat top pemerintah China, Anggota Dewan Negara Wang Yi, dalam sebuah pernyataan panjang tentang G20 yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri setelah kembalinya delegasi ke Beijing, mengatakan bahwa pertemuan Xi-Trump telah mengirim sinyal positif kepada dunia.

Meskipun masalah antara kedua negara tetap ada, China yakin selama mereka berdua mengikuti konsensus yang dicapai oleh para pemimpin mereka, mereka dapat menyelesaikan masalah mereka atas dasar saling menghormati, Wang mengatakan dalam pernyataan yang dirilis Sabtu malam.

Komentar Trump tentang Huawei, dibuat pada konferensi pers selama lebih dari satu jam di Osaka setelah duduk bersama Xi, hanya dianggap sebagai sambutan yang hati-hati dari China. Kata Huawei sama sekali tidak disebutkan dalam penilaian diplomat yang turut hadir dalam G20 tersebut.

Adapun Menteri Luar Negeri China yang khusus menangani G20 sekaligus kepada Departemen Hubungan Ekonomi dari kementerian tersebut Wang Xiaolong mengatakan jika Amerika Serikat bersedia untuk melakukan apa yang mereka katakan mengenai Huawei, China tentu akan dengan senang hati menyambut hal tersebut.

“Menempatkan pembatasan di bidang yang melampaui teknologi dan faktor ekonomi pasti akan mengarah pada situasi di mana kedua negara sama-sama kalah. Jadi jika pihak AS dapat melakukan apa yang dikatakannya maka kami pasti akan menyambutnya," ujar Wang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com