Friksi tersebut karena tidak dikelola dengan bijaksana berkembang menjadi Konflik terbuka yang tidak produktif.
Karena konflik yang tidak produktif tersebut gagal dikendalikan akhirnya meledak menjadi pembangkangan dan perlawanan oleh para Millennial.
Perlawanan tersebut bisa terlihat sangat vulgar dan nyata misalnya mereka mengajukan mosi tidak percaya, melawan perintah atasan, menolak melaksanakan tugas dan puncaknya mereka mengajukan resign secara mendadak, dan terkadang resign tersebut dilakukan secara berjamaah.
Namun terkadang perlawanan tersebut dilakukan secara tersamar dengan halus, artinya mereka tidak menunjukkan secara vulgar, namun membungkusnya dengan rapi sehingga terlihat seperti bukan pembangkangan.
Dikutip dari Buku “Lead or Leave it to Millennial” beberap bentuk perlawana itu misalnya mereka tidak menolak secara frontal tugas yang menjadi tanggung jawabnya, namun secara sistimatis para karyawan ini tidak menyelesaikan tugas tersebut dengan baik sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Pada beberapa kasus ditemukan mereka mengerjakan hanya karena ingin sekedar menggugurkan kewajiban tanpa komitmen untuk mencapai hasil yang maksimal, pada beberapa kondisi pekerjaan tersebut dihentikan ditengah jalan serta ditinggalkan begitu saja dan yang lebih fatal adalah terjadinya fraud!
Pada situasi tersebut kajian empiris kami menunjukkan sebagian besar para pemimpin dari Generasi yang lebih senior, kurang paham bahwa itu adalah gejala friksi dan konflik. Akibat pola kepemimpinan mereka terhadap anggota tim dari Generasi Millennial yang tidak pas, membuat frustasi dan menyakitkan hati.
Namun mengapa karyawan Millenial lebih memilih membungkus rapi ketidakrelaan mereka terhadap cara atasan mereka memimpin? Adalah lebih karena kepentingan pragmatis jangka pendek untuk memenuhi hajat hidup. Dengan kata lain mereka terpaksa, karena untuk sementara belum ada pilihan lain.
Kondisi di atas oleh para ahli dan praktisi Sumber Daya Manusia dinyatakan telah terjadi secara global atau gejala global. Artinya, hampir semua korporasi dari berbagai jenis industri terjangkiti oleh sindroma ini di seluruh dunia.
Sehingga kajian Leadership in Millennial Era ini didesain khusus untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagaimana memimpin dan dipimpin di Era Millennial. Pada edisi berikutnya para pemimpin akan memahami Definisi, Sikap dan Perilaku khas masing-masing generasi pada Organisasi.
Di samping itu kami tambahkan tips dan trik bagaimana kita mampu melihat perubahan dan tantangan Pola Gejala Sindrom Jarak Generasi sebagai peluang untuk pengembangan Organisasi agar terus efektif mencapai hasil.
Untuk mencapai hal tersebut diatas Anda sebagai pemimpin wajib hukumnya untuk memahami bagaimana cara memimpin dan bersikap dengan Generasi Millennial. Dan hal ini akan terjadi jika kita mampu memahami Definisi masing-masing Generasi X, Y, Z dan mengetahui gejala Sindroma Jarak antar Generasi.
Setelah memahami definisi masing-masing generasi, kita teruskan kajian ini kepada bagaimana sebagai pemimpin Anda mampu mengenali dan mengamati Sikap dan perilaku khas masing-masing generasi, termasuk disini adalah Generasi Millennial.
Kita cukupkan kajian kita disini, sampai bertemu pada edisi berikutnya.
Selamat Memimpin dan Sukses Selalu untuk Anda semua!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.