Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Nilai Ketidakpastian Ekonomi Bertambah pada 2020, Mengapa?

Kompas.com - 20/08/2019, 16:58 WIB
Yoga Sukmana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ketidakpastian ekonomi global bakal kian bertambah pada 2020.

Oleh karena itu, ia menilai Indonesia harus lebih waspada karena hal tersebut bisa membawa pengaruh negatif kepada ekonomi nasional.

"Pada 2020 kita harus mewaspadai siklus tren pelemahan ini akan terus terjadi atau membalik menjadi suatu positif," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/8/2019)

Lantas, mengapa ketidakpastian ekonomi global akan kian bertambah?

Menurut Sri Mulyani ada beberapa hal yang mempengaruhinya.

Baca juga: Trump Kenakan Tarif Impor Tambahan ke China, Ini Kata Sri Mulyani

Pertama, arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve. Sebelumnya The Fed kerap mengambil kebijakan menaikkan suku bunga, namun kini sebaliknya.

Tidak ada yang tahu persis apakah penurunan suku bunga itu akan terus dilakukan atau justru kembali naik. Kedua hal ini akan terkait dengan keluar masuknya dana asing ke Indonesia.

Kedua, tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang masih tinggi. Kini ekonomi China melemah dan dikhawatirkan akan berdampak negatif kepada Indonesia.

Sebab, China adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Banyak produk Indonesia yang diekspor ke China.

Bila ekonomi China melemah, maka permintaan ekspor Indonesia bisa melorot.

Ketiga, ketegangan politik di Hongkong dan Argentina. Sri Mulyani menilai ketegangan politik itu akan menambah gejolak ketidakpastian ekonomi global saat ini.

Baca juga: Ada Ketidakpastian Global, Ini 4 Isu yang Harus Dicermati Investor

Untuk menahan dampak buruk ekonomi global, pemerintah akan menggunakan instrumen fiskal yang lebih efektif guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

"Hal-hal inilah yang harus mampu kita kelolanya. Ketidakpastiannya harus kita waspadai. Itulah yang harus kita terus lakukan," kata dia.

Dana Moneter Internasional ( IMF) baru-baru ini kembali memangkas prediksi pertumbuhaan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun 2020 mendatang.

Mereka memprediksi, pertumbuhan eknonomi tahun ini akan sebesar 3,2 persen lebih rendah dari prediksi April lalu yang sebesar 3,3 persen.

Baca juga: IMF Evaluasi Perekonomian Indonesia, Apa Hasilnya?

Sedangkan tahun depan diprediksi pertumbuhan ekonomi akan meningkat 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,6 persen.

Seperti dikutip dari BBC, Rabu (24/7/2019), IMF menilai pertumbuhan tersebut relatif moderat dan ada kebutuhan mendesak bagi dunia untuk mengurangi ketegangan perdagangan dan teknologi.

Sementara itu mengutip laman resmi IMF, mereka juga merevisi pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan ASEAN menjadi 5 persen di 2019 dan 5,1 persen di 2020. Angka tersebut masing-masing lebih rendah 1 persen dari proyeksi pada April lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com