Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman ke Industri Keuangan di Indonesia Makin Besar

Kompas.com - 15/09/2019, 12:00 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tengara disertai kelas menengah yang tumbuh pesat, Indonesia kian rentan terhadap serangan malware, khususnya dengan pertumbuhan bisnis di berbagai sektor.

Direktur Regional Asia Tenggara di Check Point Software Technologies, Evan Dumas menuturkan malware diciptakan dengan berbagai intensi. Namun kebanyakan malware dibuat untuk tujuan kriminal, seperti menyerang institusi pemerintahan, perusahaan, dan bahkan individu.

Ekonomi malware berkembang begitu pesat seiring dengan bisnis malware yang semakin menguntungkan.

“Apapun yang Anda gunakan dapat menjadi sasaran mereka, baik saat melakukan perdagangan saham atau ketika memegang peranan penting dalam lembaga pemerintahan. Pengembang malware menjadi ancaman yang siap mencuri data Anda dan semua orang bisa menjadi targetnya,” ujar Dumas dalam keterangan resminya, Kamis (12/9/2019).

Laporan teranyar dari Check Point berjudul “Cyber Attack Trends: 2019 Mid-Year Report” mengungkapkan bahwa, terdapat lima jenis malware yang berpotensi untuk berkembang di Indonesia: ransomware (11 persen), perbankan (30 persen), seluler (34 persen), cryptominers (48 persen) dan botnet (42 persen).

Artikel tersebut juga mengungkapkan bahwa baik itu ponsel, media penyimpanan data atau on-premise. Intinya, tidak ada yang kebal terhadap serangan malware.

“Di manapun ada penyebaran uang, pasti terdapat ancaman malware, termasuk platform e-commerce. Para sindikat penjahat siber malware akan berusaha mengakses data Anda,” lanjutnya.

Tumbuh 50 Persen

Pertumbuhan serangan malware yang meningkat harus diperhatikan, dan strategi keamanan siber dituntut untuk melawan ancaman tersebut.

“Laporan kami menunjukkan bahwa terdapat 50 persen peningkatan serangan malware sejak 2018,” ucapnya.

Institusi keuangan, seperti bank, menjadi sasaran terbesar serangan malware, imbuhnya.

“Contohnya JP Morgan. JP Morgan dibobol beberapa tahun yang lalu oleh penjahat siber menggunakan malware sebagai “senjata”. Kasus tersebut menjadikan bank sebagai salah satu pengguna produk keamanan terbesar.”

“Orang-orang yang mendapatkan penghasilan bersih menjadi sasaran serangan ransomware. Sekali Anda menjadi korban, mereka akan meminta Anda untuk membayar tebusan atas data yang mereka tahan. Semakin tinggi pendapatan Anda, semakin banyak pula uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kembali data Anda,” kata Dumas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com