Saya sendiri misalnya, selain sebagai penulis buku, saya juga menulis blog, artikel untuk media massa, adalah seorang YouTuber, dan sekarang saya juga punya podcast yang ngebahas tentang hobi saya, film.
Baca juga: Tembus 40 Miliar Dollar AS, Ekonomi Digital RI Terbesar di ASEAN
Maka saat ini, istilah kreator konten adalah yang paling sering digunakan, untuk menggambarkan semua profesi dan aktivitas ini.
Setelah semua pelaku ini jadi keator konten, muncul pertanyaan kedua.
“Kenapa kok pelaku kreator konten dan penikmat konten itu harus dipisah- pisahin? Kenapa enggak barengan aja?”
Dan di sinilah esensi kerennya.
Anda pun seharusnya menjadi seorang kreator konten!
Mengapa dan bagaimana semua orang perlu jadi kreator konten
Kreator konten bukan sebuah profesi eksklusif. Bahkan sebelum menjadi sebuah profesi pun – sebelum ada duitnya – Anda sudah bisa disebut sebgai kreator konten, di detik Anda MEMBUAT KONTEN dan meng- klik Publish atau Post.
Gampang kan?
Anda enggak perlu jadi seorang Atta Halilintar, Dedi Corbuzier, Raditya Dika, atau Awkarin untuk disebut sebagai kreator konten. Anda cukup membuat konten, sesuai dengan passion atau skill Anda.
Seluruh platform sosial media dan kreator konten berlaku DUA ARAH. Artinya, Anda bisa menjadi penikmat, dan pelaku, pada saat yang sama.
Jadi kenapa tidak dimanfaatkan?
Baca juga: Jeff Bezos: Kita Tak Bisa Pilih Passion yang Kita Inginkan
Banyak benefit saat Anda memberanikan diri untuk mulai membangun diri sebagai kreator konten.
Dan itu bahkan sebelum kita membahas benefit ‘bobot dompet’ saat Anda berhasil mengembangkan brand Anda.
Memulainya pun tidak usah banyak ribet dan banyak takut. Hanya beberapa hal yang perlu Anda perhatikan saat Anda memulai langkah menjadi kreator konten.