Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jonan: Soal Hilirisasi Industri, RI Perlu Belajar dari China dan Jepang

Kompas.com - 14/10/2019, 20:18 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai industri hilirisasi batu bara Indonesia masih kalah dengan negara lainnya. Padahal, Indonesia sumber daya mineralnya sangat melimpah.

Namun, produk mineral yang diekspor Indonesia masih berbentuk bahan mentah. Sehingga tak memiliki nilai tambah.

“Di Tiongkok batubara tuh bisa dikonversi menjadi avtur. Hilirisasi kita semangatnya kurang. Begitu mau bikin, ke pemerintah minta proteksi ini itu,” ujar Jonan di Jakarta, Senin (14/10/2019).

Atas dasar itu, mantan Direktur Utama PT KAI ini berharap Indonesia bisa mencontoh China dan Jepang dalam hal hilirisasi industri. Sebab, kedua negara itu dianggap sukses dalam hilirisasi industri.

Baca juga: Soal Kendaraan Listrik, Jonan Minta Regulasinya Seperti di China

Padahal, China dan Jepang merupakan negara pengimpor batubara dan gas terbesar. Namun, neraca perdagangan mereka tak tekor seperti Indonesia.

“China itu impor (minyak) sehari 4 juta barel. Gas juga impor mereka tuh. The largest impor tuh. Batubara juga impor mereka. CAD (defisit transaksi berjalan)-nya, enggak defisit,” kata Jonan.

Menurut Jonan, kedua negara tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dari produk yang dihasilkannya. Meskipun bahan baku pembuat produknya itu berasal dari impor.

“Gas impor, fuel impor, batubara impor, tapi mereka (China dan Jepang) CAD-nya enggak difisit karena ekspornya besar,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com