Selain modal tanpa hutang, dia juga tak sembarangan memulai bisnisnya. Dirinya mengatakan bahwa menentukan demografi adalah hal yang penting dalam memulai bisnis.
"Saya pertama cari demografis saya liat kurva di Indonesia dari umur 0-70 dan saya liat pasar saya millenial sebagai potensial spender," ucapnya.
Dengan melihat demografis tersebut Kokumi akhirnya bisa menempatkan posisinya sebagai minuman untuk kaum millenial yang mempunyai potensi membeli produk yang dijualnya.
Tidak hanya sebatas pada gaya penjualannya millenial, namun dia juga percaya timnya juga harus dikalangan millenial. Dia mengatakan rata-rata orang yang bekerja dirinya adalah millenial.
Meski memiliki prinsip dan konsep millenial, namun dia juga berpikir agar bisnis harus tetap relevan setiap saat.
"Harus tetap relevan tetapi kita dinamis dengan tidak mengorbankan value atau prinsip. relevan adalah cara kita mensampaikan produk kita sesuai zaman," katanya.
Misalnya saja jika pelanggan mulai bosan dengan rasa Kokumi, maka Jacqueline akan coba membuat rasa baru atau sesuatu yang unik sesuai dengan konsep dari bisnisnya.
Sampai saat ini Kokumi sendiri sudah berhasil membuka 34 outlet dan rencananya pada Febuari ini Kokumi akan membuka 65 outlet. Untuk omzet sendiri ia mengakui bisa mencapai ratusan juta dalam satu bulan saja.
"Satu tahun ini kokumi sudah 34 outlet jalan 65 ke Febuari," ucap Jacqueline.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.