Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Ojol Jadi "Anak Emas", Kita Jangan Lupakan yang Lain | Masalah Kejiwaan Selama Pandemi | Raru Tisha Pamit dari PSSI

Kompas.com - 18/04/2020, 16:34 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA -- Ketika sudah lebih dari satu minggu dilaksanakannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, ternyata tidak hanya para ojek online (ojol), tetapi para pedagang keliling mengalami hal serupa.

Tidak hanya itu, para petani karet dan kopi juga secara tidak langsung mengalami dampak serupa. Harga karet dan kopi per-kilo "terjun bebas" di pasaran. Belum lagi para petani yang hanya mengerjakan lahan oranglain, hasil yang didapat tidak seberapa itu ia mesti bagi hasil.

Beragam cara kini tengah diusahakan oleh semua orang agar tetep bertahan. Pada kondisi seperti ini memang mesti ada yang dikalahkan, dalam hal ini penghasilan.

Akan tetapi selama kita tetap di rumah saja dan minim bergerak apalagi olahraga, bukan tidak mungkin berat badan kita akan bertambah.

Lantas, bagaimana mesti menyiasatinya?

Berikut ini 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Ojol Jadi "Anak Emas", Kita Jangan Lupa Memperhatikan yang Lain

Pada hari itu, Senin (13/04/2020) penjual sayur keliling, Pak Dhe, tampak senang betul saat menerima masket dan hand sanitizer yang diberikan Kompasianer Hendra Wardhana.

Tampak memang terlalu banyak yang dibawa karena mereka sudah berusia lanjut. Akan tetapi ketika masyarakat diharuskan menjaga jarak dan menahan diri untuk tak terlalu sering meninggalkan rumah, justru pedagang sayur mesti tetap keliling demi bisa mendapat penghasilan.

Tidak hanya Pak Dhe sayur, masih ada pedagang lain yang ditemui Kompasianer Hendra Wardhana seperti Bu Wiwin yang berjualana kue Terang Bulan atau Pan Bando yang mesti memilah dan memilih sampah untuk bisa ia jual kembali.

"Tingga di rumah selama pandemi memang baik bagi kesehatan. Namun, bagi orang-orang seperti Pak Dhe, Bu Wiwin, dan Pak Bando pandemi tampak tak memberi pilihan sama sekali," tulis Kompasianer Hendra Wardhana. (Baca selengkapnya)

2. Luar Biasa, Harga Karet dan Kopi Terjun Bebas

Pada masa pandemi seperti ini, ternyata berdampak juga pada petani kopi dan karet. Harga keduanya "terjun bebas" di pasaran.

Mendapat cerita dari temannya, Kompasianer Ozy Alandika berbagi kisah tentang petani karet yang kesulitan mencari toke alias agen penjemput karet.Jikapun ketersediaan karet dari petani cukup banyak, laniutnya, toke karet cenderung pilih-pilih dalam membeli.

Kemudian bagaimana dengan petani kopi? Harga kopi di pasaran turun dari 5.000 sampai 10.000 perkilo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com