Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Menjelang Hari-hari Terakhir Usia Maskapai Penerbangan

Kompas.com - 04/05/2020, 07:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DAMPAK dari virus corona Covid 19 ternyata sangat dahsyat terhadap Industri penerbangan terutama bisnis maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Willie Walsh pimpinan IAG (International Airlines Group) mengatakan bahwa maskapai penerbangan di Eropa telah turun kapasitasnya sebesar 75 persen belakangan ini dan tidak ada jaminan bahwa maskapai penerbangan Eropa akan sanggup bertahan dalam 2 bulan ke depan.

Kajian dari CAPA (Centre for Asia-Pacific Aviation) lembaga konsultasi dan analisis penerbangan yang berbasis di Sydney Australia menjelaskan bahwa tanpa bantuan yang diberikan oleh pemerintah, maka lebih separuh dari 800 maskapai penerbangan diseluruh dunia akan mengalami kebangkrutan pada akhir Mei 2020.

Kondisinya memang lebih hebat dari dampak serangan teroris pada tragedi 911 di tahun 2001.

Richard Branson pendiri Virgin Group yang antara lain mengelola Virgin Australia mengatakan dengan gamblang bahwa Virgin Atlantic membutuhkan bantuan pemerintah untuk kelangsungan hidup maskapainya. Tanpa bantuan pemerintah maka akan mustahil Virgin Atlantic akan dapat tetap bertahan hidup.

Sementara itu Sekjen INACA (Indonesia Air Carriers Association) mengumumkan bahwa sebagai akibat dampak penyebaran virus corona covid 19 tercatat sudah 2 maskapai penerbangan yang menutup operasinya di Indonesia pada awal April 2020.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Warren Buffett Lepas Saham Maskapai Penerbangan

Di Amerika Serikat, pengamat Industri Penerbangan Mike Boyd mengatakan bahwa walau telah dikucurkan stimulus berupa suntikan tunai dari pemerintah AS sebesar 50 miliar dollar US, jumlah tersebut tidak akan cukup untuk dapat menyelamatkan industri penerbangan yang mengalami kerugian besar sebagai akibat virus Covid 19.

Gambaran dari kesemua itu seolah membuktikan dengan terang benderang bahwa bisnis maskapai penerbangan ternyata sangat rentan dan bergantung kepada peran besar Pemerintah.

Kondisi yang dihadapi saat ini seolah membuka mata kita semua bahwa jaringan perhubungan udara sebuah negara memang seharusnya berada langsung di bawah pengelolaan pemerintah.

Keikutsertaan pihak swasta ternyata memang sangat diperlukan, namun harus berada dalam ruang sebatas memenuhi kelengkapan semata atau complementary. Kebutuhan kapital yang besar dengan nilai keuntungan yang sangat tipis tidak bisa dihindari memposisikan maskapai penerbangan swasta pada tempat yang disebut sebagai complementary dan tidak sebagai the leading role atau pemain utama.

Situasi dan kondisi yang tengah kita hadapi sekarang (dampak covid 19) telah membuka mata kita semua tentang hal ini dengan sangat jelas.

Tidak terkecuali di Indonesia, nasib maskapai penerbangan yang belakangan ini sudah tinggal dalam ukuran jari saja jumlahnya, tidak luput berhadapan dengan kesulitan luar biasa dalam menghadapi serangan wabah Covid 19.

Dipastikan tanpa bantuan pemerintah maka nasib maskapai penerbangan di Indonesia akan berada dalam lorong yang sama seperti maskapai lainnya di permukaan bumi ini yang tengah mengalir menuju hari-hari akhir kehidupannya.

Era pasca Covid 19 kita semua akan melihat dan menyaksikan perbedaan nyata dari format bangunan sebuah bisnis angkutan udara yang berujud sebuah maskapai penerbangan.

Di sisi lain sudah mulai beredar berita pada daerah-daerah tertentu tentang kelebihan suplai yang tidak bisa terangkut dan daerah-daerah tertentu lainnya yang tengah menghadapi kehabisan stok persediaan makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Itu adalah sebuah kondisi yang sangat khas dan logis dari sebuah kondisi sebagai akibat terhambatnya fasilitas angkutan udara yang biasanya dapat mendukung kebutuhan tersebut dengan cepat dan terjadwal.

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apa yang harus dilakukan oleh kita semua dalam menghadapi permasalahan ini. Yang pasti sektor perhubungan udara di Indonesia memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup negeri, terlebih pada masa sulit berhadapan dengan wabah Covid 19.

Baca juga: Gelombang PHK Melanda Industri Penerbangan Eropa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com