JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, kemacetan di perkotaan sangat berdampak pada perekonomian Indonesia. Salah satunya menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Kemacetan lalu lintas di perkotaan diidentifikasi sebagai salah satu yang menyebabkan penghambat pertumbuhan ekonomi," ungkapnya dalam webinar SBM ITB mengenai penggunaan transportasi massal, Rabu (5/8/20).
Budi Karya menjelaskan, Indonesia memiliki beberapa wilayah aglomerasi perkotaan besar. Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) merupakan wilayah aglomerasi terbesar dengan jumlah penduduk lebih dari 33 juta jiwa.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI -5,32 Persen, Apindo Bandingkan dengan Kondisi 1998
Kebutuhan pergerakan di Jabodetabek pun mencapai lebih dari 88 juta setiap harinya. Dari angka tersebut, lebih dari 3,2 juta penduduk Jabodetabek melakukan commuting atau perjalanan yang rutin dilakukan tiap hari.
Dengan pergerakkan yang tinggi, Budi Karya bilang, tentu diperlukan pengelolaan yang baik agar masalah kemacetan, polusi, ketersediaan suplai dan permintaan, dan fasilitas angkutan umum massal dapat teratasi.
Namun, Jakarta justru masuk dalam kota dengan tingkat kemacetan sebesar 53 persen, sekaligus berada di peringkat 10 sebagai kota termacet di Asia.
"Selain itu pada 2019 ADB juga mengemukakan bahwa Jakarta, Surabaya, Bandung juga masuk kategori kota termacet," kata dia.
Baca juga: JK: Tanda Kemajuan Ekonomi Negara Bisa Dilihat dari Kemacetan
Kondisi kemacetan yang tinggi di kota-kota besar Indonesia ini diidentifikasi sebagai salah penyebab penghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Kemacetan yang terjadi membuat peningkatan 1 persen urbanisasi di Indonesia hanya berdampak meningkatkan 1,4 persen PDB per kapita.
"Selain itu kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun," kata Budi Karya.
Persoalan kemacetan dipicu banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum. Oleh sebab itu, perlu upaya-upaya untuk bisa meningkatkan pergeseran masyarakat menjadi pengguna transportasi umum.
"Berdasarkan data tersebut, shifting dari kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum massal merupakan keniscayaan. Oleh karenanya, pemerintah upaya terus bangun infrastruktur perkotaan yang terintegrasi," pungkas Budi Karya.
Baca juga: Ekonom: Indonesia Belum Masuk Resesi, Meski Ekonomi Tumbuh Negatif 5,32 Persen
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.