Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pandemi dan PSBB, Prospek Bisnis Startup "Edutech" Menjanjikan

Kompas.com - 24/09/2020, 13:32 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan kembali Pembatasan Skala Besar-Besaran (PSBB) memberikan efek pada beberapa perusahaan rintisan atau startup, tak terkecuali sektor edutech.

Tak seperti sektor travel yang mengalami penurunan, sektor edutech dinilai justru memiliki peluang yang menjanjikan.

Upaya yang dijalankan dalam penekanan penyebaran virus Covid-19 telah membuat lebih dari 530.000 sekolah di Indonesia ditutup atau diberhentikan sementara aktivitasnya.

Baca juga: Di Tengah Pandemi, Banyak UKM dan Startup Terapkan Survival Mode

Teknologi informasi dan komunikasi dalam menyediakan layanan pendidikan sebagai aktivitas belajar di rumah memiliki potensi yang menjanjikan. Ada sekitar 68 juta siswa dari tingkat pra-sekolah hingga perguruan tinggi yang membutuhkan teknologi untuk belajar.

Dalam kondisi ini, pertumbuhan edutech semakin meningkat dengan cepat dan luas. Penggunaan edutech akan terus dibutuhkan oleh siswa dari berbagai tingkat.

Setelah jeda pembiayaan pada Maret, investor dari berbagai negara kembali menggelontorkan dana bagi edutech dan melambungkan beberapa startup bahkan hingga melewati nilai valuasi 1 miliar dollar AS.

Investor sengaja fokus pada entitas yang memasarkan alat dan layanan langsung ke konsumen (DTC) dan bukan ke institusi. Tiga sektor edutech yang memperoleh investasi paling besar adalah bimbingan belajar online, bantuan dan aplikasi digital, serta edutainment.

Baca juga: Gandeng Gojek, Zenius Sediakan Belajar Online Gratis

Kurniawan Tjoetiar, Legal Partner Grant Thornton Indonesia menyatakan, nelihat perkembangan sektor edutech di Indonesia tentu terlihat prospek yang sangat menjanjikan.

"Bagi investor yang menginvestasikan dana di sektor ini perlu juga mempertimbangkan risiko yang dapat menyertai seperti regulasi, sikus pendanaan dan bagaimana entitas bersaing dengan kompetitor," kata Kurniawan dalam keterangan tertulis, Kamis (24/9/2020).

Pada Juni 2020, tercatat pemain edutech di Indonesia sendiri sudah mencapai 44, dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Beberapa startup edutech yang semakin terkenal di Indonesia selama masa pandemi di antaranya Quipper, Zenius, Ruangguru, IndonesiaX, Cakap, dan lainnya.

 

Dalam Business Resilience Wheel yang dikeluarkan Grant Thornton Indonesia pada kuartal I 2020 juga disebutkan pentingnya opsi pendanaan sebagai salah satu strategi bertahan perusahaan di masa pandemi.

Hal ini sepertinya telah dijalankan dengan cukup baik oleh para pelaku edutech, terlihat dari sejumlah investasi besar yang telah berhasil disuntikkan ke sektor ini dan menjadikan pandemi Covid-19 justru sebagai momentum akselerasi dan ajang pembuktian bahwa investasi tersebut dibenamkan pada sektor yang tepat.

“Dari sisi entitas edutech juga perlu menjalankan strategi bertahan dengan melihat cara untuk menekan biaya, memberikan kualitas pengajar yang baik, dan hasil yang berdampak. Karena hal tersebut yang menjadi kunci untuk menentukan siapa pemenang dalam jangka panjang seiring pertumbuhan dan semakin matangnya pasar edutech di Indonesia," jelas Kurniawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com