BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan SKK Migas

Menyelisik Rencana Jangka Panjang SKK Migas dalam Meningkatkan Produksi Minyak dan Gas

Kompas.com - 03/11/2020, 13:03 WIB
Alek Kurniawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan kinerja apik pada kuartal III 2020. Catatan ini menambah optimisme lembaga negara ini dalam merealisasikan target lifting 1 juta barrel minyak per hari (BOPD) pada 2030.

Salah satu rapor apik itu ditunjukkan lewat realisasi lifting minyak dan gas (migas) hingga kuartal III 2020. Kendati harga minyak dunia saat ini rendah dan pandemi Covid-19 membatasi kegiatan di lapangan, lifting migas hingga September 2020 mampu mencapai target pemerintah pada APBN Perubahan (APBN-P).

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, akibat pandemi dan harga minyak rendah, perusahaan-perusahaan migas nasional, internasional, dan multinasional menunda belanja modal yang berakibat pada kemampuan supply di masa depan.

“Namun, dengan koordinasi yang erat serta kerja keras SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), dampak dari kondisi itu bisa kami minimalisasi sehingga kami dapat mencapai target pemerintah di APBN-P,” ujar Dwi pada saat pelaksanaan jumpa pers kinerja hulu migas kuartal III 2020, Jumat (29/10/2020).

SKK Migas mencatat, hingga September 2020 lifting migas telah mencapai 1,68 juta barrel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 706.200 BOPD dan salur gas sebesar 5,502 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD)

Capaian lifting minyak tersebut sudah memenuhi 100,2 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) sebesar 705.000 BOPD. Sementara itu, lifting (salur) gas setara dengan 99,3 persen dari target APBN-P sebesar 5,556 juta MMSCFD.

Catatan apik kinerja hulu migas juga ditunjukkan dari sisi penerimaan negara. Sepanjang 2020, sektor ini telah menyumbang 6,99 miliar dollar AS ke kas negara atau 119 persen dari target APBN-P yang sebesar 5,86 miliar dollar AS.

Hal ini berkat realisasi harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang berada pada angka 42 dollar AS per barrel. Angka ini lebih tinggi dari yang digunakan pada saat penetapan APBN-P, yakni sebesar 38 dollar AS per barrel.

Penerimaan negara dari hulu migas, kata Dwi, bakal terus meningkat hingga akhir tahun. Dalam perkiraan SKK Migas, harga ICP per tahun masih berada di kisaran 40 dollar AS per barrel meskipun saat itu diperkirakan gelombang kedua pandemi muncul.

Ini artinya sumbangan hulu migas untuk kas negara hingga akhir 2020 diproyeksi menembus 7,21 miliar dollar AS.

Menurut Dwi, pencapaian tersebut membutuhkan kerja keras dari berbagai pihak. Tidak hanya KKKS yang akan terus didorong SKK Migas untuk mencapai atau melebihi target lifting di APBN-P.

Namun, serapan minyak oleh Pertamina diharapkan dapat terjaga kontinuitasnya dan sesuai kemampuan produksi KKKS. Langkah ini diharapkan akan semakin memperkuat upaya untuk memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian negara.

“Semua pihak bekerja sama dengan stakeholder untuk merealisasikan investasi sehingga kegiatan investasi dapat diwujudkan di lapangan dan memaksimalkan lifting,” jelasnya.

Perlu diketahui, realisasi investasi hulu migas sampai September 2020 telah menyentuh angka 6,9 miliar dollar AS. Realisasi investasi terbesar dilakukan oleh Pertamina EP, Chevron Pacific Indonesia (CPI), Pertamina Hulu Mahakam, British Petroleum (BP) Berau, dan Eni East Sepinggan.

“Pada kondisi sulit seperti sekarang, negara membutuhkan adanya perputaran ekonomi. Kami yakin investasi hulu migas akan menciptakan multiplier effect bagi ekonomi Indonesia sehingga dapat mendukung langkah pemerintah dalam memulihkan perekonomian,” lanjut Dwi.

SKK Migas mencatat, hingga September 2020 lifting migas telah mencapai 1,68 juta barrel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 706.200 BOPD dan salur gas sebesar 5,502 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).DOK. SHUTTERSTOCK SKK Migas mencatat, hingga September 2020 lifting migas telah mencapai 1,68 juta barrel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 706.200 BOPD dan salur gas sebesar 5,502 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Mendorong jumlah cadangan minyak

Catatan apik tersebut tidak lantas membuat SKK Migas mengendurkan kinerja. Selain menggenjot investasi hulu migas, SKK Migas juga terus mendorong agar cadangan minyak terus ditambah agar target lifting 1 juta BOPD bisa terealisasi.

Selain itu, Dwi mengatakan, pihaknya tidak ingin produksi minyak menggerogoti cadangan yang ada.

Sebagai informasi, cadangan minyak bumi nasional hingga September 2020 mencapai 3,8 miliar barrel. Dwi pun mengatakan bahwa cadangan yang ada saat ini akan habis dalam 15 tahun mendatang.

“Prediksi tersebut berdasarkan asumsi produksi minyak di kisaran 705.000 barrel per hari, maka per tahunnya produksi minyak mencapai 257 juta barrel. Kalau kami hitung dari posisi 3,8 miliar barrel minyak, kira-kira 15 tahun (baru habis),” ujarnya diberitakan Kompas.com, Jumat (23/10/2020).

Oleh karena itu, Dwi mendorong agar rasio penggantian cadangan atau reserve replacement ratio (RRR) minyak bumi terus dijaga di atas 100 persen setiap tahunnya.

Sampai dengan kuartal III 2020, RRR telah mencapai 69,6 persen dari penyelesaian 15 POD dengan penambahan cadangan sebesar 514 juta barrel minyak ekuivalen (MMBOE).

Untuk tahun ini, SKK Migas memproyeksikan RRR berada di level 132 persen dari target. Agar dapat merealisasikan proyeksi tersebut, Dwi mendorong KKKS melaksanakan eksplorasi agar cadangan dapat terus ditingkatkan.

Strategi jangka panjang

Untuk mengawal keberlangsungan realisasi target 1 juta BOPD pada 2030, SKK Migas pun mencanangkan empat strategi dalam long term plan (LTP), yaitu improving existing asset value, resource to production (R to P), enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi.

Dalam strategi improving existing asset value, SKK Migas mendapatkan tambahan produksi dari program filling the gap (FTG).

Selain itu, SKK Migas juga telah mencapai kesepakatan terkait investasi awal di Blok Rokan untuk mendukung program pengeboran pengembangan yang masif dan agresif, yakni penambahan 200 sumur.

“Target investasi di Blok Rokan hingga Juli 2021 sebesar 154 juta dollar AS. Rinciannya, pengeboran 11 sumur akan dilakukan pada 2020 dengan penambahan produksi sebesar 500 BOPD dan pengeboran 107 sumur selanjutnya akan dilakukan pada 2021 dengan penambahan 5.000 BOPD,” jelas Dwi.

Sementara untuk program R to P, SKK Migas telah mendorong percepatan on-stream plan of development (POD) lapangan PB Blok Mahato dan KBD Blok Sakakemang.

“Ada juga pengeboran empat sumur deliniasi di Natuna dalam upaya percepatan pengembangan undeveloped discovery,” ujar Dwi.

Selanjutnya, ada program EOR yang fokus dalam mengadaptasi kemajuan teknologi untuk optimalisasi sumur-sumur eksisting. Dalam hal ini, SKK Migas masih memproses evaluasi Pre-POD Minas Chemical EOR di Blok Rokan yang diperkirakan bisa on-stream pada 2024.

Ilustrasi lifting minyak dan gas (migas) DOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi lifting minyak dan gas (migas)

Terakhir, program eksplorasi. Hingga September 2020, SKK Migas telah berhasil menyelesaikan survei seismik 2D di open area sepanjang 25.150 kilometer (km) dan di wilayah kerja aktif sepanjang 1.779 km sehingga total saat ini mencapai 26.929 km.

“Kami juga menunggu pemrosesan data hasil eksplorasi hingga hasil evaluasi bawah permukaan, apakah terdapat area terbuka yang layak ditindaklanjuti atau tidak. Caranya, dengan melakukan pengeboran eksplorasi guna mencari sumber-sumber migas baru dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” kata Dwi.

Selain itu, 11 pengeboran sumur eksplorasi dengan sukses rasio mencapai 55 persen juga sudah dilakukan SKK Migas sepanjang 2020. SKK Migas juga telah melaksanakan pengeboran sumur dengan target big fish-giant sebanyak 6 sumur wildcat dengan 2 sumur mengonfirmasi penemuan.

Dwi menambahkan, pihaknya tetap memprioritaskan kegiatan-kegiatan untuk menemukan cadangan migas baru. Hal ini sejalan untuk mencapai visi produksi minyak 1 juta BOPD dan 12.000 MMSCFD gas pada 2030.

“Kami tidak ingin merasa puas dengan capaian saat ini. Untuk itu, kami memasang visi jangka panjang yang implementasi strateginya dilaksanakan sejak awal tahun ini. Meskipun dampak pandemi dan harga minyak yang rendah telah mengoreksi pencapaian LTP sebesar 2,7 persen, diharapkan pada 2022 dan 2023 sudah sesuai rencana awal kembali”, ucap Dwi.

Terkait dengan penyelesaian proyek migas, SKK Migas telah menyelesaikan 9 dari 14 proyek yang akan on-stream tahun ini. Dari kesembilan proyek tersebut, diperoleh tambahan produksi sebesar 3.182 BOPD dan 296 MMSCFD.

Melihat hal-hal tersebut, Dwi optimistis capaian target 1 juta BOPD pada 2030 tidak banyak berubah. Dengan catatan, pandemi Covid-19 dapat dikendalikan mulai 2021.


komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com