Sesungguhnya Indonesia melalui Indonesian Medical Tourism Board (IMTB) telah mencoba menggarap pasar wisata kesehatan khususnya medis secara lebih profesional.
Dikutip dari laman imtb.id, IMTB adalah sebuah badan yang memfasilitasi dan mempromosikan industri perawatan kesehatan Indonesia dengan berkoordinasi dan membangun kemitraan publik bersama swasta di Indonesia dan luar negeri.
Layanan yang diberikan pun beraneka ragam seperti untuk wanita dan anak-anak, fertility neuro center, parkinson center, genomic diagnostic, oncology, dan robotic.
Sejumlah rumah sakit dan pusat layanan kesehatan bergabung dalam kemitraan di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Denpasar, Bali.
Tampilan yang cukup menarik dan menggoda walau belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai pilihan wisatawan dunia menikmati wisata kesehatan.
Baca juga: Genjot Wisata Medis Dalam Negeri, Ini yang Akan Dilakukan Pemerintah
Sekalipun data memperlihatkan bahwa Indonesia bukanlah pilihan utama destinasi wisata kesehatan global, peluang untuk bersaing tetaplah ada.
Untuk berhasil dalam pengembangan wisata kesehatan, Lee dan Kim (2015) mengemukakan empat kunci sukses wisata medis dan wisata kebugaran.
Pertama, memperhatikan faktor medis dan kebugaran secara spesifik. Faktor medis yang dimaksud adalah kualitas tinggi dari fasilitas, kecakapan medis, dan kecukupan jumlah spesialis yang andal.
Adapun faktor kebugaran yang patut diperhatikan adalah kesejahteraan, perilaku relaksasi, peningkatan kesehatan dan kesenangan.
Kedua, faktor ekonomi yaitu menyangkut biaya, manfaat dan asuransi. Salah satu pertimbangan utama wisatawan melakukan wisata kesehatan di luar negeri adalah biaya yang terjangkau namun memberikan manfaat lebih bagi wisatawan.
Ketiga, faktor budaya. Aspek-aspek seperti sistem kesehatan yang familiar, bahasa dan komunikasi, religiositas, isu-isu etika serta jarak dengan negara asal, menjadi penentu. Juga tidak kalah penting menyangkut makanan, iklim, orang-orang yang melayani dan sumber daya alam yang berbeda.
Terakhir, kebijakan pemerintah dan infrastruktur. Hal ini terkait dengan keselamatan, keamanan, kemudahan akses, transportasi publik dan fasilitas yang nyaman.
Sambil berbenah diri memulihkan wisata Indonesia hingga pandemi dapat dikendalikan, mengembangkan wisata kesehatan menjadi opsi menarik dan menantang bagi pengelola wisata.
Pandemi telah mengingatkan manusia betapa pentingnya aspek kesehatan bagi kehidupan. Ini sejalan dengan tren wisata kesehatan yang terus menunjukkan kecenderungan meningkat tajam.
Tahun 2021 yang sudah di depan mata tentu menjadi momentum tepat menuju pemulihan yang sesungguhnya. Kuantitas wisatawan yang bertambah seiring kualitas yang makin baik. Tetap semangat dan berpengharapan.
Franky Selamat
Dosen tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara