Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Perjanjian Dagang Tapi Mobil RI Susah Masuk Australia, Kenapa?

Kompas.com - 29/01/2021, 20:35 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan, perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Australia ternyata belum dimanfaatkan dengan optimal oleh para pelaku usaha dalam negeri.

Diketahui perjanjian dagang Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku sejak 5 Juli 2020 mencakup 7.000 pos tarif yang mendapatkan fasilitas bea masuk nol persen.

Salah satu produk yang bisa menikmati fasilitas itu adalah mobil. Sayangnya, mobil asal Indonesia belum bisa masuk ke Australia.

Baca juga: Sepanjang 2020, BNI Cetak Laba Bersih Rp 3,3 Triliun

"Bayangan kami yang bisa dimanfaatkan dari IA-CEPA itu adalah bagaimana menggenjot orang Australia untuk bisa menggunakan Toyota Innova dan Mitsubishi Xpander kita. Tetapi ternyata kita belum siap," ungkap Lutfi dalan konferensi pers secara virtual, Jumat (29/1/20221).

Ia mengatakan, penyebab gagalnya ekspor mobil asal Indonesia ke Australia adalah spesfisikasi mobil yang dibuat belum memenuhi standar negara tersebut. Terutama dalam hal standar emisi gas buang yang masih jauh tertinggal.

"Karena memang basisnya adalah market kita, jadi status environmental-nya tidak setinggi yang bisa dikerjakan di Australia. Kalau tidak salah kita ini masih Euro 2 atau Euro 3 (standar emisi), sedangkan Australia sudah Euro 4," jelasnya.

Baca juga: Indonesia Jajaki Perjanjian Dagang dengan Bangladesh hingga Mauritius

Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu dilakukan komunikasi lebih lanjut dengan industri dalam negeri untuk bisa memanfaatkan fasilitas dari perjanjian dagang yang ada. Lutfi juga memastikan akan mendorong ekspor produk lainnya ke pasar Australia.

"Jadi mesti komunikasi dengan industri bahwa kita mempunyai beberapa fasilitas perdagangan. Terutama terkait masalah perjanjian pedagangan bebas tersebut, ini akan kita genjot terus," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com