Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Sayangkan Produk RI Banyak "Diganggu" Negara ASEAN

Kompas.com - 29/01/2021, 22:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyayangkan langkah sejumlah negara, khususnya ASEAN, dalam menerapkan tuduhan anti-dumping dan safeguard kepada Indonesia sepanjang 2020.

"Kita lihat barang-barang Indonesia banyak mendapatkan hambatan perdagangan, yang sangat disayangkan adalah dilakukan oleh negara mitra ASEAN kita. Filipina jadi juaranya," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (29/1/2021).

Selama masa pandemi Covid-19, Filipina tercatat telah menerapkan safeguard untuk berbagai produk Indonesia. Terdiri dari aluminum zinc (GL) sheets, coils and strips, galvanized iron and aluminum zinc, galvanized iron sheets, coils and strips, juga LLDPE dan HDPE, serta yang terbaru adalah motor vehicles atau mobil penumpang/kendaraan.

Baca juga: Komisi VI DPR Awasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Jabar dan Banten

Terkait mobil penumpang, produk mobil RI dikenakan bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMTPS) dalam bentuk cash bond sekitar Rp 20 juta per unit.

"Kemudian ada Malaysia yang menempati posisi kedua," imbuh Lutfi.

Malaysia tercatat menerapkan anti dumping pada dua produk Indonesia yakni PET (polyethylen terephtalate) dan cold rolled stainless steel. Serta menerapkan safeguard pada produk ceramic floor and wall tiles asal RI.

Selain kedua negara tersebut, ada pula hambatan dari negara Asia Tenggara lainnya yakni Vietnam dengan menerapkan anti dumping pada produk polyester fiber yam dan sorbitol.

Kemudian ada Thailand dengan menerapkan anti dumping pada produk biaxially oriented polypropylene (BOPP) dan safeguard pada produk aluminium foil.

Baca juga: Ada Perjanjian Dagang Tapi Mobil RI Susah Masuk Australia, Kenapa?

Adapun total 37 kasus pengamanan perdagangan dari 14 negara yang di dapat Indonesia sepanjang tahun lalu. Terdiri dari 24 kasus anti dumping dan 13 kasus safeguard.

Menurut Lutfi, banyaknya hambatan produk asal Indonesia, tak lepas dari transformasi industri yang berhasil dilakukan. Indonesia mulai beralih dari negara pengekspor barang mentah dan setengah jadi, kini menjadi pengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi.

Ia meyakini, banyak produk buatan dalam negeri memiliki kualitas dan harga yang bersaing dengan produk negara lain. Hal ini pun membuat banyak negara merasa terganggu, sehingga melakukan berbagai tuduhan perdagangan.

"Ini bukan kali pertama kita diganggu orang (negara lain), dan saya bisa menjamin bakal banyak terjadi proses-proses demikian kedepannya," tutup Lutfi.

Baca juga: Cerita Erick Thohir Pernah Gagal Rekrut Najwa Shihab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com