Sebagai informasi, semula produksi batubara ditargetkan sebesar 550 juta ton. Namun pemerintah melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 66.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 255.K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri Tahun 2021 menambah kuota sebesar 75 juta ton.
Baca juga: Profil Adelin Lis, Pengusaha Kayu Buronan Kakap Kasus Pembalakan Liar
Dengan hadirnya keputusan tersebut maka produksi batubara yang semula 550 juta ton bakal menjadi 625 juta ton. Adapun, produksi ini ditujukan untuk kegiatan ekspor.
Kendati demikian, Sujatmiko enggan merinci lebih jauh kontribusi produksi dari 10 perusahaan tersebut.
Dalam catatan Kontan, PT Kaltim Prima Coal pada kuartal I 2021 membukukan produksi sebesar 14,5 juta ton. PT Adaro Indonesia sebesar 10.80 juta ton sementara PT Kideco Jaya Agung sebesar 9,2 juta ton. Jumlah produksi bahkan telah mencapai 15,1 juta ton hingga Mei 2021.
Adapun, produksi PT Arutmin Indonesia pada kuartal I 2021 sebesar 5 juta ton dan PT Bukit Asam sebesar 4,5 juta ton.
Baca juga: Ini 7 Orang Terkaya Indonesia dari Bisnis Kayu
Dalam risetnya yang dipublikasikan, Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menyebut, kenaikan harga batubara akan bersifat sementara dan harga batubara dapat mulai turun segera setelah kuartal II-2021 berakhir.
Hal ini terutama disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti China yang berfokus untuk meningkatkan hasil produksi batu baranya pasca-pandemi, rencana pencabutan larangan impor batubara dari Australia, peningkatan kapasitas angkutan jalan kereta api batubara, dan perbaikan kondisi logistik seiring cuaca yang berangsur normal.
Thomas memperkirakan China akan memproduksi 63 juta ton tambahan produksi batubara thermal pada tahun ini, sehingga total pasokan di China menjadi 3,21 miliar ton.
Namun, karena ada lonjakan permintaan dan gangguan pasokan China yang baru-baru ini terjadi, Thomas memperkirakan impor batubara China hanya akan turun sebesar 2,4 persen menjadi 200 juta ton di tahun ini.
Baca juga: Jadi Orang Terkaya RI, Apa Saja Bisnis Hartono Bersaudara?
Di sisi lain, banjir di China memicu permintaan batubara thermal dan menyebabkan pasokan tergganggu.
Curah hujan yang tinggi telah menaikkan permukaan air Sungai Yangtze, sehingga mengganggu operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kondisi ini membuat permintaan pembangkit listrik batubara thermal tetap terjaga.
Selain itu, badai topan dan curah hujan yang lebih tinggi mengganggu produksi batubara China sehingga pasokan menjadi ketat, yang pada awalnya disebabkan oleh larangan impor batubara Australia.
Akibatnya, persediaan pelabuhan batubara Qinhuangdao perlahan menurun sebesar 7,9 persen dari titik tertinggi di bulan Maret (5,5 juta ton) menjadi 5,04 juta ton saat ini.
Baca juga: Deretan Orang Terkaya RI Pemilik Bisnis Kertas
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.