Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Top Secret di Balik Perjanjian Kerja Sama Antar Negara

Kompas.com - 11/07/2021, 11:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GARY David Cohn, biasa dikenal sebagai Gary Cohn adalah pengusaha yang sukses dan pernah menjabat sebagai Direktur ke-11 Dewan Ekonomi Nasional Amerika Serikat.

Gary Cohn, mantan Presiden Goldman Sachs, pernah pula menjabat sebagai kepala penasihat ekonomi Presiden Donald Trump dari 2017 hingga 2018.

Ada cerita menarik dari Gary Cohn saat menjabat di Gedung Putih yang diungkap oleh Bob Woodward dalam bukunya yang terkenal dan menghebohkan berjudul “FEAR – TRUMP in the WHITE HOUSE”.

Suatu hari di bulan September tahun 2017, Gary Cohn menemukan naskah surat Presiden Amerika Serikat yang dialamatkan kepada Presiden Korea Selatan. Draft surat tersebut adalah berisi keinginan Amerika Serikat untuk menghentikan kerja sama perdagangan antara Amerika dengan Korea Selatan. Kerja sama tersebut selama ini dikenal sebagai United States – Korea Free Trade Agreement (Korus FTA).

Korus, memuat tiga hal kesepakatan yaitu mencakup masalah kerja sama ekonomi, aliansi militer dan yang paling penting adalah “Top Secret intelligence operations and Capabilities”, sebuah perjanjian yang mencakup rahasia operasi intelijen mencakup masalah kekuatan operasional.

Seperti diketahui, sejak berakhirnya perang Korea sekitar tahun 1950, Amerika Serikat menempatkan 28.500 personel militer di Korea Selatan plus “the most highly classified and sensitive” Special Access Program atau SAP. Melalui SAP inilah Amerika Serikat dan Korea Selatan memperoleh informasi timbal balik mengenai banyak hal. Termasuk di dalamnya kerahasiaan tingkat tinggi tentang data intelijen dan kemampuan dari kekuatan militer berkait kepada National Security.

Salah satu yang sangat rawan adalah mengenai informasi tentang persenjataan nuklir yang dimiliki kedua negara dan tentu saja mencakup pula tentang spesifikasi dan kemampuan senjata nuklir dari Korea Utara.

Belakangan ini sudah diketahui bahwa Korea Utara telah memiliki kemampuan untuk menyerang langsung Amerika Serikat dengan menggunakan ICBM (Inter Continental Ballistic Missiles) sebagai senjata bertenaga nulir.

Informasi paling mutakhir menyebutkan bahwa ICBM dari Korea Utara dapat mencapai Los Angeles di Amerika Serikat dalam waktu tempuh 38 menit. Nah, dengan program SAP, maka pihak Amerika Serikat dapat segera memperoleh informasi dari sumber pendeteksi di Korea Selatan 7 detik setelah ICBM diluncurkan dari Korea Utara.

Baca juga: Cara Daftar Vaksinasi Covid-19 Berbayar di 8 Klinik Kimia Farma

 

Sementara detektor yang dimiliki sistem pertahanan udara Amerika Serikat di Alaska sangat jauh berbeda kemampuannya yaitu membutuhkan waktu sampai 15 menit setelah peluncuran baru dapat terdeteksi.

Padahal mengetahui 7 detik setelah ICBM diluncurkan dari Korea Utara adalah waktu yang sangat dibutuhkan pihak militer Amerika Serikat untuk dapat mampu menembak jatuh ICBM tersebut sebelum mencapai wilayah teritori Amerika.

Inilah yang maha penting dan merupakan “Top Secret” yang tersimpan rapih di balik perjanjian kerja sama US dan Korea Selatan. Perjajian kerja sama dan kehadiran Amerika Serikat di Korea Selatan ternyata sangat mewakili esensi National Security dari United States of America.

Merujuk kepada “Top Secret” yang ternyata berada di balik perjanjian kerja sama US dan Korsel, maka Gary Cohn menyimpan dan mengamankan draf surat pemutusan kerja sama perjanjian kedua negara, agar tidak ditandatangani oleh Presiden Amerika Serikat.

Terkesan dari uraian yang dituang dalam buku tulisan Bob Woodward itu adalah bahwasanya Presiden Amerika Serikat dalam hal ini Donald Trump tidak mengetahui tentang “Top Secret” di balik perjanjian kedua negara.

Diperjelas juga dalam bagian lain dari buku tersebut bahwa ada alasan kuat Donald Trump untuk segera menghentikan perjanjian dengan Korsel. Setidaknya ada 2 alasan utama yang melatarbelakanginya , yaitu neraca perdagangan Amerika dengan Korsel telah mengalami defisit sebesar 18 miliar dollar AS setiap tahunnya. Berikutnya adalah bahwa Amerika harus mengeluarkan dana sebesar 3.5 miliar dollar AS per tahun untuk membiayai kehadiran pasukannya di Korea Selatan.

Itu lah sekelumit saja dari isi buku FEAR –TRUMP in the WHITE HOUSE tulisan dari Bob Woodward yang nama lengkapnya Robert Upshur Woodward seorang investigative journalist yang mulai bekerja sebagai wartawan di Washington Post sebagai reporter pada tahun 1971.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa ternyata terdapat “Top Secret” yang berada dan tersimpan di balik sebuah perjanjian kerja sama antar dua negara. Sedemikian rapih “Top Secret”-nya, sampai Sang Presiden pun tidak mengetahui.

Analoginya sebagai anekdot adalah bahwa bisa saja dibalik perjanjian kerjasama sebuah negara besar yang mendelegasikan wilayah udara kedaulatannya pada kawasan yang sangat strategis kepada negara kecil, tidak mustahil mungkin ada juga “Top Secret” di balik perjanjian kerja sama itu. Anekdot ini baru akan terungkap di suatu hari nanti setelah ada investigative journalist sekelas Bob Woodward yang menuangkannya dalam tulisan di sebuah buku.

Baca juga: 5 Tanda Kamu Sudah Siap Mengajukan KPR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com