Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Valuasi Start Up di Asia Tenggara Bakal Mencapai Rp 14.300 Triliun di 2025

Kompas.com - 09/08/2021, 13:14 WIB
Mutia Fauzia

Penulis

Sumber CNBC


SINGAPURA, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan atau start up teknologi di kawasan Asia Tenggara memiliki total valuasi mencapai 340 miliar dollar AS  atau sekitar Rp 4.862 triliun (kurs Rp 14.300) pada tahun 2020 lalu.

Perusahaan modal ventura asal Singapura, Jungle Ventures pun mengungkapkan, jumlah tersebut bakal meningkat hingga tigga kali lipat ppada tahun 2025 mendatang.

Dilansir dari CNBC, Senin (9/8/2021), dalam empat tahun ke depan, total valuasi dari start up di kawasan Asia Tenggara bakal diperkirakan bakal mencapai 1 triliun dollar AS atau sekitar Rp 14.300 triliun.

Baca juga: Para Miliarder Baru Pendiri Start Up Digital...

Perusahaan tersebut memperhitungkan informasi yang tersedia untuk umum mengenai 31 perusahaan rintisan dengan valuasi minimal 250 juta dollar AS. Selain itu, perusahaan tersebut juga memperhotngkan transaksi modal ventura yang tak diungkapkan kepada publik.

"Saya sedikit terkejut, tapi juga kemudian tak terkejut," ujar Founding Partner Jungle Ventures Amit Anand.

"Kami telah melakukan perhitungan dan tidak sulit untuk membayangkan banyak data yang sebenarnya luput dari perhitungan kami, termasuk bila perusahaan memutuskan untuk tak mengumumkan (pendanaan) atau memang baru sekadar isu," ujar dia.

Namun ia mengatakan, bila melihat pertumbuhan di kawasan Asia Tenggara dalam tiga hingga lima tahun ke depan, capaian valuasi 1 triliun dollar AS tersebut bisa jadi bakal tercapai sebelum 2025.

Baca juga: Pendiri Start Up Jaringan Bengkel Mobil Asal Indonesia Masuk Daftar Forbes 30 Under 30

Saat ini, Asia Tenggara merupakan rumah bagi 400 juta pengguna internet dan sebanyak 10 persen di antaranya baru mendapatkan sambungan internet untuk pertama kalinya di tahun 2020.

Data laporan Google, Tamasek Holdings, dan Bain&Company menunjukkan, ekonomi digital di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand bahkan diperkirakan bakal mencapai 300 miliar dollar AS di tahun 2025.

Potensi pendanaan start up di kawasan Asia Tenggara pun diperkirakan tak akan lesu dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, perusahaan rintisan memiliki beragap opsi pendanaan termasuk dari ekuitas besar dengan jumlah pendanaan yang tak sedikit.

Bahkan pada tiga bulan pertama tahun ini saja, perusahaan rintisan di Asia Tenggara berhasil menggalang dana senilai 6 miliar dollar AS.

Di sisi lain, perusahaan rintisan teknologi juga memiliki peluang yang besar untuk masuk mendapatkan pendanaan di pasar modal.

Baca juga: Inilah Beberapa Peluang yang Bisa Dikembangkan Start Up Indonesia Menurut Google

Pasalnya, minat investor untuk mendanai start up teknologi cukup besar di kawasan Asia Tenggara.

"Saya pikir banyak yang berminat (dengan start up teknologi) di pasar IPO (initial publik offering/penawaran saham perdana)," ujar Anand.

Meski demikian, Anand mengatakan, pasar saham lokal masih belum memiliki kapasitas untuk mengelola IPO raksasa. Maka dari itu, banyak start up teknologi yang mungkin melakukan IPO di Amerika Serikat.

Namun demikian, perusahaandengan valuasi lebih kecil, yakni sekitar 5 miliar dollar AS dapat mendulang keuntungan dengan melantai di bursa saham lokal.

"Pemerintah masih memilih banyak pekerjaan rumah sebelum mencapai titik itu, namun hal itu sekaligus akan membuka kunci dari sebuah tahap baru likuiditas global," ujar dia.

Baca juga: Kirim Barang Pakai Anteraja di Aplikasi Grab, Ada Diskon Ongkir 60 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com