Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Masih Nyata, Investasi P2P Lending Masih Menarik?

Kompas.com - 30/08/2021, 17:06 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring dengan berkembangnya teknologi, pilihan instrumen investasi semakin beragam. Financial technology atau fintech peer to peer lending (P2P) merupakan salah satu instrumen investasi hasil dari perkembangan teknologi.

Platform P2P lending saat ini juga semakin diminati oleh para investor untuk menempatkan dananya.

Pasalnya, investor hanya perlu memasukan dananya ke dalam platform fintech, kemudian dana akan dikelola dan disalurkan oleh aplikator kepada debitur. Setelah itu investor hanya tinggal menunggu saja keuntungan dari bunga hasil penempatan dana yang dilakukan.

Selain itu, bunga yang ditawarkan oleh fintech P2P pun relatif lebih tinggi dibanding bunga deposito perbankan. Kedua hal tersebut menjadi daya tarik utama dari platform P2P lending.

Baca juga: Menteri PPN: 2022 Jadi Tahun Penting untuk Pemulihan Ekonomi

Namun demikian, potensi gagal bayar dari debitur menjadi risiko tersendiri bagi P2P lending. Apalagi pada tahun lalu, kredit bermasalah P2P lending sempat mengalami kenaikan akibat pandemi Covid-19.

Walaupun demikian, dengan terus membaiknya kondisi perekonomian nasional, P2P lending dinilai menjadi salah satu instrumen investasi yang menjanjikan.

Perencana keuangan Andi Nugroho mengatakan, seiring dengan tumbuhnya daya beli masyarakat, permintaan kredit diproyeksi akan terus tumbuh. Ini membuat P2P lending menjadi instrumen investasi yang menarik.

"Kalau ditanya apakah potensial? Iya potensial. Cuma kita perlu lebih berhati-hati sebelum kita investasi di P2P lending yang kita inginkan," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Andi meminta investor untuk menganalisis terlebih dahulu platform P2P lending yang diinginkan. Salah satu indikator yang dapat dengan mudah dicari tahu oleh investor ialah, TKB90, yaitu tingkat keberhasilan penyelesaian kewajiban pinjaman selama 90 hari.

Baca juga: Kementan Gelar Bimtek On The Spot, 4 Petani Ini Bagikan Pengalamannya

"Potensi kerugian tetap ada, tapi bagaimana cara kita menghindarinya," ujarnya.

Di tengah tren pemulihan ekonomi, Andi merekomendasikan platform fintech P2P lending yang berfokus pada kredit konsumer. Pasalnya, permintaan pembiayaan pada sektor ini diprediksi bakal tumbuh, selaras dengan pulihnya daya beli masyarakat.

Selain itu, Ia menyarankan komposisi investasi sebesar 30 persen untuk P2P lending, 30 persen untuk investasi risiko rendah seperti obligasi atau deposito, dan 40 persen investasi risiko moderat seperti saham atau reksa dana.

"Risiko memang lebih tinggi. Tapi kendali sepenuhnya di tangan kita," ucapnya.

Baca juga: BPS: Pandemi Bikin Banyak Anak Muda Jadi Pengangguran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com