Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meneropong Prospek Pasar Saham 2022

Kompas.com - 29/12/2021, 17:25 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Tahun 2022 diprediksi bakal menjadi tahun pemulihan ekonomi melanjutkan 2021.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, beberapa sektor diperkirakan akan bullish atau kondisi pasar saham yang mengalami kecenderungan naik. Seperti sektor finansial, telekomunikasi/ infrastruktur, teknologi, energi, dan otomotif.

CEO of Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengungkapkan, pemulihan ekonomi di tahun 2022 erat kaitannya dengan harga komoditas yang masih cukup tinggi.

Baca juga: Setelah Mitratel, INA Tambah Jumlah Saham di Bank Mandiri dan BRI Senilai Rp 45 Triliun

Dia bilang, dengan kenaikan harga komoditas tersebut, maka ada potensi kenaikan pendapatan masyarakat yang mendukung daya beli.

“Di tahun 2022 yang berpengaruh kaitannya dari sisi komoditi diperkirakan harga di tahun 2022 nanti masih cukup tinggi, seperti di penghujung tahun 2021 ini. Dengan tingginya harga komoditas mampu meningkatkan pendapatan, sehingga peningkatan daya beli berpotensi terjadi di tahun 2022 nanti,” kata Bernadus kepada Kompas.com, Rabu (29/12/2021).

Hal senada disampaikan Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M. Roger. Menurut dia, kenaikan harga CPO (Crude Palm Oil) akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan.

“Diprediksi harga CPO masih tinggi di 2022, memberikan dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena melibatkan banyak small holders sehingga meningkatkan pendapatan mereka dan memberikan dampak daya beli,” jelas Roger.

Di sisi lain, Roger optimis iklim investasi 2022 akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pemerintah berada pada kisaran atas 5 persen. Namun, sentimen kasus varian Covid-19 Omicron masih akan membayangi pergerakan pasar modal di tanah air.

“Sentimen yang akan di hadapi untuk 2022 di antaranya dari domestik perkembangan kasus Covid-19 dengan beberapa varian baru serta kemungkinan kenaikan suku bunga dan dari global kebijakan tapering di AS, dan kenaikan suku bunga The Fed,” ujar dia.

Baca juga: Setelah Mitratel, INA Tambah Jumlah Saham di Bank Mandiri dan BRI Senilai Rp 45 Triliun

Sementara Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengingatkan untuk tetap realistis, meskipun optimisme pemulihan ekonomi digaungkan.

Munculnya varian Omicron, juga dinilai akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di tahun 2022.

“Kita berharap konsumsi meningkat. Harapan ini menjadi sebuah tanda apakah ekonomi kita akan sustain atau tidak. Kita optimistis tapi harus realistis, karena ketidakpastian itu variabelnya masih tinggi, dan kemuculan Omicron memunculkan adanya potensi lockdown di sejumlah negara,” ungkap Maximilianus.

Baca juga: 5 Tips Cuan Saham Ala Lo Kheng Hong, Bisa Diterapkan Tahun 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com