Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 2 Merek Sepatu Lokal, Sagara Boots dan Pijakbumi, Berhasil Tembus Pasar Global

Kompas.com - 30/12/2021, 15:15 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Sagara Boots, sepatu boot kulit tier 1 seharga Rp  juta per pasang

Pendiri sekaligus pemilik Sagara Boots, Bagus Satrio mengungkapkan, semakin banyak media asing yang mengekspos kemampuan industri sepatu Indonesia dalam menghasilkan boots yang berkualitas, yang bisa bersaing dengan produk kelas dunia.

Oleh karenanya, produk sepatu lokal bisa dikenal masayarakat dunia.

“Kami tidak sembarangan memilih bahan baku, harus menggunakan bahan kulit yang terbaik. Selain itu, dengan kualitas kulit dan sol terbaik, sehingga harga boots kami bahkan lebih mahal dari produk Amerika. Kami menjual dengan harga sekitar Rp 6 juta,” sebut Bagus.

Sagara Boots bisa menerima pesanan secara custom, dan seluruh produksi sepatunya dilakukan secara manual dengan tangan. Tim Sagara pun menerapkan sistem waiting list sampai empat bulan lantaran tenaga kerja yang terbatas dan pesanan yang semakin membludak.

“Dalam sebulan kami hanya bisa menghasilkan 40-60 pasang sepatu. Di luar negeri, Sagara Boots diminati karena handmade, custom, dan kualitas kulitnya tinggi,” imbuhnya.

Pijakbumi, sepatu asal Bandung, diekspor ke 20 negara di dunia

Sedangkan Pijakbumi merupakan brand sepatu asal Bandung yang berciri khas eco friendly dengan bahan dari kulit natural dan ekstrak tumbuhan, salah satunya adalah dari serbuk kayu. Pijakbumi didirikan oleh Rowland Asfales dengan konsep orisinalitas desain, kearifan lokal, dan bahan material ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon.

Dengan memadu padankan bahan baku pilihan, Pijakbumi mampu menghasilkan produk sepatu berkualitas.

Dalam produksi dan pemasaran, seringkali Sagara Boots maupun Pijakbumi terkendala oleh akses bahan baku impor dan modal untuk ekspor.

Selain itu, Pijakbumi juga sedang berupaya mengkalkulasi bahan eco friendly sebagai bahan utama sepatunya, agar bisnisnya lebih berkelanjutan.

“Kami berharap ada cara untuk mengkalkulasi penggunaan bahan ramah lingkungan untuk perusahaan inovatif, dan bisa mendapatkan pengurangan pajak terkait pengolahan industri yang berkomitmen mengurangi emisi karbon,” kata Rowland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com