KOMPAS.com - Bekas tim pemeriksa pajak Ditjen Pajak, Wawan Ridwan, didakwa telah melakukan sejumlah aktivitas pencucian uang bersama anaknya, Muhammad Farsha Kautsar.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Asri Ridwan membacakan dakwaan tersebut pada pada Rabu 26 Januari 2022 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dalam dakwaan itu, Wawan Ridwan disebut melakukan sejumlah praktik yang menyimpang selama menjadi bertugas di Ditjen Pajak.
Adapun Wawan Ridwan juga didakwa menerima suap senilai Rp 6,4 miliar untuk merekayasa nilai pajak dari tiga perusahaan, yaitu PT Bank Pan Indonesia (Panin), PT Jhonlin Baratama (JB), dan PT Gunung Madu Plantations (GMP).
Dalam pencucian uang sesuai dakwaan jaksa, Wawan Ridwan dan Muhammad Farsha Kautsar diketahui membeli barang-barang mewah, menukarkan uang rupiah ke mata uang asing, dan melakukan transfer dana jumbo ke beberapa rekening, salah satunya ke mantan pramugari Garuda Siwi Widi Purwanti.
Baca juga: Penasaran Berapa Gaji Kapolda, Kapolres, hingga Kapolsek?
Kasus terseretnya pegawai pajak Wawan Ridwan dalam pusaran korupsi tersebut merupakan pengembangan dari kasus korupsi yang menjerat atasannya, Angin Prayitno Aji.
Bekas pejabat di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan itu merupakan terdakwa kasus suap sebesar Rp 57 miliar yang dikumpulkan dari berbagai perusahaan.
Dalam persidangan, Angin Prayitno Aji, Wawan Ridwan, dan seorang PNS pajak lainnya bernama Dadan Ramdani dianggap bersekongkol untuk meringankan pajak beberapa perusahaan dengan imbalan duit suap.
Yang jadi sorotan, pegawai pajak di Ditjen Pajak Kementerian Keuangan merupakan PNS dengan tunjangan kinerja atau tukin tertinggi dibandingkan semua ASN di instansi pemerintah lainnya.
Baca juga: Penasaran Berapa Gaji Pangdam, Danrem, Dandim, hingga Danramil?
Tukin PNS Ditjen Pajak diatur dalam Perpres Nomor 37 Tahun 2015 di mana tunjangan tertinggi pejabatnya yakni mencapai Rp 117.375.000 sebulan dengan peringkat jabatan 27.
Sebagai contoh, Angin Prayitno Aji yang merupakan eselon II berhak atas tunjangan kinerja sebesar Rp 81.940.000 per bulan. Selain tukin, PNS Ditjen Pajak juga masih menerima pendapatan lainnya, seperti gaji pokok dan berbagai tunjangan melekat.
Dalam persidangan disebutkan, Angin Prayitno Aji dan anak buahnya menerima suap dari Aulia Imran Magribi dan Ryan Ahmad Ronas yang merupakan konsultan pajak PT Gunung Madu Plantations.
Lalu, Angin Prayitno Aji juga didakwa mendapatkan uang suap dari Veronika Lindawati selaku kuasa PT Bank PAN Indonesia Tbk dan Agus Susetyo yang merupakan konsultan pajak PT Jhonlin Baratama.
Baca juga: Erick Thohir Angkat Marsekal TNI Jadi Dirut PTDI
Suap ini diberikan agar oknum melakukan rekayasa penghitungan pajak pada perusahaan pemberi suap.
Saat pemeriksaan, diduga ada kesepakatan pemberian uang agar pajak tidak dibayarkan ke kas negara sebagaimana mestinya.
Wawan Ridwan diduga menerima suap saat masih menjabat sebagai Pemeriksa Pajak Madya. Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja di Ditjen Pajak, tunjangan kinerja untuk Pemeriksa Pajak Madya mencapai Rp 34.172.125 per bulan.