Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Tapering AS, Seberapa Cuan Berinvestasi di Obligasi Tahun Ini?

Kompas.com - 23/02/2022, 13:47 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Obligasi menjadi salah satu instrumen investasi yang bisa kamu pertimbangkan di tahun 2022. Pasalnya, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Indonesia jauh lebih kecil sehingga dinilai lebih baik dibanding rata-rata emerging country lain.

Hal ini terlihat dari kenaikan yield obligasi dalam negeri yang hanya 34 basis poin (bps) di tahun 2021 ketika negara berkembang lain mengalami kenaikan sampai 166 bps. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, pola yang sama masih akan berlangsung di tahun ini.

"Ini yang kami perkirakan Indonesia memberikan risk return yang jauh lebih baik dibanding emerging country (EM). Saat ini pasar obligasi kita jauh lebih resilient dibanding EM lainnya," kata Handy dalam konferensi pers Capital Market Outlook 2022, Rabu (23/2/2022).

Baca juga: Obligasi dan Sukuk WIKA Oversubscribed 1,5 Kali, Raup Rp 2,5 Triliun

Handy menuturkan, kondisi makro ekonomi RI lebih bagus dibanding kondisi pada masa taper tantrum di tahun 2013 lalu.Kala itu, yield obligasi naik hingga 9 persen. Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang memperlihatkan kondisi taper tantrum tidak akan terulang di pasar obligasi pada tahun 2022.

Pertama dari sisi vulnerability index, Indonesia masuk dalam peringkat ke-10 negara paling kuat dari 25 negara berkembang lainnya.

Adapun indeks tersebut adalah indeks yang mengukur kerentanan sebuah negara memakai variabel ekonomi makro, mulai dari besaran utang publik, utang eksternal, cadangan devisa, hingga tingkat vaksinasi Covid-19.

"Ini merupakan fondasi yang sangat bagus, starting di 2022 kita memiliki vulnerability index yang relatif cukup robas dibanding EM lainnya," ucap dia.

Baca juga: Penerbitan Obligasi Hijau Tembus Rp 12.283 Triliun, Terbesar Sepanjang Sejarah

Beberapa variabel yang membuat Indonesia lebih unggul adalah dari sisi utang publik yang rendah dibanding negara lain, tingkat inflasi di bawah 3 persen, rendahnya utang eksternal terhadap PDB, dan rendahnya ekspor ke China.

"Kita masih negatif di vaccination rate. Namun kita lihat perkembangan ke depan harusnya cukup baik. Secara umum utang meningkat, tapi secara external debt terhadap total utang itu turun. Jadi tentu mengurangi risiko terhadap volatility di global," jelasnya.

Faktor selanjutnya yang membuat obligasi masih cukup resilient di tahun 2022 adalah besarnya porsi investor domestik dibanding investor asing. Hal ini membuat yield obligasi tidak mengalami kenaikan meski aliran modal asing keluar (capital outflow) terus-menerus selama 2 tahun belakangan.

Tahun lalu, investor yang menyerap obligasi lebih bervariasi. Bukan hanya dari perbankan dan Bank Indonesia (BI), industri keuangan non bank (IKNB) dan investor ritel turut meramaikan pasar obligasi dalam negeri.

Tak heran, penerbitan SBN ritel seri ORI021 oleh pemerintah mampu menarik investasi hingga Rp 25 triliun, meskipun kupon 4,9 persen yang ditawarkan adalah tingkat kupon terendah.

"Ini mengindikasikan demand obligasi baik dari ritel maupun institusi dan IKNB masih positif. Saya yakin awal tahun ini polanya masih sama," jelas dia.

Dia meyakini, dukungan dari investor ritel terus berlanjut tahun ini. Pasalnya, investor masih membutuhkan kelas aset yang menjanjikan saat suku bunga deposito menurun karena likuiditas perbankan melimpah.

Baca juga: Bank Mandiri Nilai Investasi Obligasi hingga Deposito Masih Menarik

Saat ini saja, Dana Pihak Ketiga (DPK) bank masih di kisaran Rp 7.700 triliun, sedangkan penyaluran kredit baru mencapai Rp 5.500 triliun. Adanya gap yang sangat besar membuat Loan to Depocit Ratio (LDR) perbankan menurun sehingga menurunkan bunga deposito.

"Saya lihat obligasi menjadi salah satu pilihan. Ample likuiditas masih berlanjut karena kalau bicara dengan BI, OJK, dan perbankan, mereka memperkirakan pertumbuhan kredit di tahun 2022 masih di bawah 10 persen," tandas Handy

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com