Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momentum Kenaikan Harga Batu Bara Dinilai Bisa Tingkatkan Devisa RI

Kompas.com - 17/03/2022, 08:30 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah faktor seperti merebaknya pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas ekonomi publik, hingga perkembangan konflik geopolitik yang terjadi di Eropa telah mendorong peningkatan harga sejumlah komoditas energi.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, harga batu bara bergerak fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2021 pemerintah sempat menetapkan harga batu bara acuan tertinggi di bulan November 2021 mencapai 215,63 dollar AS per metrik ton (MT), atau naik 33 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

“Meningkatnya permintaan dari China, menyusul mulai memasuki musim dingin, serta kondisi cuaca buruk yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batu bara di sejumlah provinsi produsen batu bara, menjadi faktor naiknya harga batu bara global,” kata Agung dalam keterangan resmi, Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Ditopang Batu Bara, Ekspor RI Bulan Februari 2022 Capai 20,46 Miliar Dollar AS

Kenaikan harga batu bara pada tahun 2021 juga merupakan imbas dari pemulihan ekonomi dunia pascapandemi yang menyebabkan permintaan batu bara meningkat. Sementara tingkat produksi masih belum bisa mengimbangi tingginya permintaan akibat gangguan pasokan dan harga gas alam yang lebih tinggi secara global.

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu kembali mengerek harga batu bara global. Di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak di bulan Maret 2022 sudah mencapai harga 418,75 dollar AS per MT. Bahkan jika melansir Barchart.com, harga kontrak untuk bulan April 2022 di ICE Newcastle telah mencapai angka 478 dollar AS per MT.

Sementara di Indonesia, Kementerian ESDM telah menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) pada bulan Maret 2022 sebesar 203,69 dollar AS per ton atau naik 15,31 dollar A per ton dari bulan Februari lalu, yaitu 188,38 dollar AS per ton.

"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," jelas Agung.

Baca juga: Sri Mulyani Terbitkan Aturan Denda Pelanggar DMO Batu Bara, Simak Poin Pentingnya

Agung mengungkapkan, Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa. Akibatnya negara-negara Eropa mulai beralih kembali ke batu bara sebagai sumber energi.

Agung menjelaskan, Sebagian besar kualitas batu bara yang dihasilkan di Indonesia memiliki tingkat kalori antara 4.200–5.000 kcal per kg. Tingginya harga komoditas batu bara akibat situasi geopolitik dunia saat ini dinilai bisa mendongkrak devisa negara.

“Sejatinya tingginya harga komoditas bisa dijadikan momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara,” ujar Agung.

Pengamat pertambangan Dr Ahmad Redi SH MH mengatakan, di tengah masa pandemi komoditas batu bara telah menjadi salah satu sumber devisa, dan pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini sangat membantu penerimaan negara yang saat ini terganggu dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi.

“Karena pada masa pandemi ini komoditas batu bara ini sangat signifikan kenaikan harganya. Di satu sisi ini berkah bagi penerimaan negara,” kata Ahmad.

Ahmad menambahkan, kenaikan harga batu bara, merupakan berkah bagi perusahaan batu bara dan sekaligus berkah bagi perekonomian nasional. Karena royalti pasti akan naik, karena persentase royalti batu bara itu ditentukan dari harga jualnya.

“Lalu PPN dan PPh dari sektor ini juga akan naik. Termasuk pajak ekspor dan lainnya. Artinya ini dari sisi penerimaan negara kenaikan harga batu bara sangat baik,” ujarnya.

Baca juga: Pemerintah Pertimbangkan Naikkan Tarif Royalti Batu bara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com