Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Dulu dalam 40 Tahun Cuma Bisa Bangun Tol 780 Km, Kini dalam 7 Tahun 1.900 Km

Kompas.com - 14/04/2022, 11:16 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, pembiayaan menjadi kendala utama pembangunan infrastruktur di Indonesia. Kendala ini lah yang membuat RI hanya mampu membangun jalan tol ratusan kilo meter selama 40 tahun.

Kemudian sejak tahun 2014, pemerintah mulai mendorong perusahaan mencari alternatif pembiayaan lain yang kreatif, tanpa harus menunggu dana APBN maupun mengandalkan BUMN saja.

Hasilnya, ruas jalan tol yang dibangun selama 7 tahun terakhir melonjak menjadi sekitar 1.900 kilo meter, berkali-kali lipat dari 780 kilo meter selama 40 tahun.

Baca juga: Ini Tarif Tol Jakarta-Semarang Terbaru

"Terakhir dalam 7 tahun berapa kilo meter yang dibangun? 1.900 kilo meter, yang sebelumnya 40 tahun 780 kilo meter. Apa yang beda dari situ? Saya lihat problemnya adalah selalu pembiayaan," kata Jokowi dalam Penandatanganan Perjanjian Induk antara INA dengan Hutama Karya, Kamis (14/4/2022).

Jokowi memaparkan, banyak pelaku usaha yang memang tidak mencari alternatif lain dalam pembiayaan. Ketika proyek diserahkan kepada swasta, pengerjaannya pun tidak berjalan baik.

Padahal kata dia, pembangunan infrastruktur sangat penting untuk menumbuhkan ekonomi di sekitar kawasan pembangunan. Lebih luas lagi, meningkatkan daya saing produk yang diproduksi di dalam negeri.

Tanpa infrastruktur yang mumpuni, produk RI akan sulit berkompetisi dengan produk negara lain.

"Kemudian 2014 kita dorong betul agar jalan tol segera semuanya tersambungkan, baik Trans Jawa, Trans Sumatera, maupun beberapa di Kalimantan dan Sulawesi," ucap Jokowi.

Lebih lanjut di menjelaskan, pembentukan Indonesia Investment Authority sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia salah satunya dilandasi oleh pentingnya pendanaan infrastruktur.

Infrastruktur memiliki efek pengganda atau multiplier effect yang besar terhadap industri pendukung dan industri lainnya.

"Kita munculkan yang namanya INA, SWF kita yang dikomandani oleh Pak Ridha. Ini adalah sebuah alternatif skema pembiayaan yang sebelumnya enggak pernah kita pikirkan, muncul," ucap Jokowi.

Baca juga: Mau Mudik? Simak Tarif Tol dari Jakarta ke Brebes, Pemalang, hingga Batang

Dia bilang, investasi INA bakal diarahkan untuk proyek strategis sehingga akan memberikan efek kepercayaan (trust) dari investor domestik maupun dari internasional.

Pembiayaan selektif mencerminkan tata cara pengelolaan keuangan yang baik. Dengan demikian, investasi akan membanjiri Indonesia baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

"Kita harapkan nanti, tata kelola yang ada di INA, betul-betul memang bisa menumbuhkan sebuah trust, kepercayaan, dari internasional maupun domestik. Banyak investasi akan masuk lewat INA. Dan INA bisa kerja sama dengan BUMN dan swasta," tandas Jokowi.

Baca juga: Jelang Mudik Lebaran, Kapan Pelebaran Jalan Tol Jakarta-Cikampek Rampung?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com