Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Pasokan akibat Gangguan di Libya dan Sanksi Rusia, Kerek Harga Minyak Dunia

Kompas.com - 22/04/2022, 08:55 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia menguat pada akhir perdagangan Kamis (21/4/2022) waktu AS, dipicu kekhawatiran pengetatan pasokan setelah Uni Eropa (UE) masih mempertimbangkan larangan impor minyak dari Rusia.

Mengutip CNBC, Jumat (22/4/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik 1,64 dollar AS atau hampir 1,5 persen ke level 108,44 dollar AS per barrel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,57 persen ke level 103,79 dollar AS per barrel.

Pergerakan harga minyak dunia juga dipengaruhi gangguan produksi yang terjadi di Libya. Unjuk rasa terhadap Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah berakhir blokade di ladang utama dan terminal ekspor, sehingga produksi minyak hilang 550.000 barel per hari.

Baca juga: Khawatir Pasokan, Harga Minyak Dunia Naik Tipis

Harga minyak dunia dalam tujuh hari terakhir cenderung mengalami tren penguatan, terlihat dari minyak Brent yang menguat hampir 8 persen. Namun reli minyak dunia terjadi dengan kecepatan lambat, tidak seperti akhir Februari lalu ketika Rusia baru melancarkan invasinya ke Ukraina.

Pada pekan ini, harga minyak dunia sempat anjlok lebih dari 5 persen pada akhir perdagangan Selasa kemarin. Kondisi itu dipicu kekhawatiran rendahnya permintaan setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 5 Persen Imbas IMF Pangkas Ekonomi Global

IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,6 persen dari sebelumnya di 4,4 persen pada Januari 2022. Alasannya, perekonomian global terimbas perang Rusia-Ukraina dan kenaikan inflasi kini menjadi bahaya yang nyata bagi banyak negara, serta mempertimbangkan dampak dari kebijakan lockdown di China.

Analis menilai volatilitas pasar minyak kemungkinan akan segera meningkat lagi, seiring dengan Uni Eropa yang masih mempertimbangkan larangan impor minyak Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus'.

"Pasar minyak, dan energi secara umum, memiliki banyak masalah besar dalam keadaan fluktuatif yang akan tetap tenang untuk waktu yang lama," kata Analis Komoditas Commonwealth Bank, Tobin Gorey.

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jadi 3,2 Persen, Imbas Perang Rusia-Ukraina

Meski IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global, namun pasokan di pasar minyak global tetap ketat. Stok minyak mentah AS dilaporkan turun tajam sebanyak 4,5 juta barrel pada pekan lalu,

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia atau OPEC+, juga sedang berjuang memenuhi target produksi mereka.

Realisasi produksi OPEC+ sebesar 1,45 juta barrel per hari (bph), berada di bawah target produksi Maret.

"Tidak banyak berita tambahan dalam semalam, dengan kondisi saat ini maka benar-benar bergantung pada keputusan negara lain, apakah bergabung dengan Inggris dan AS dalam melarang impor minyak Rusia, ”kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com