Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Tak bisa dimungkiri jika harga kebutuhan hidup terus meningkat tiap tahunnya. Jika tak pandai mengelola keuangan, hal tersebut bisa mengakibatkan timbulnya utang.
Menurut data Fintech OJK Februari 2022, terdapat 12.411.200 rekening penerima pinjaman aktif. Angka ini memang mengalami pengurangan dibandingkan bulan sebelumnya.
Akan tetapi, angka yang menyentuh belasan juta ini mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berutang.
Padahal, utang sendiri bukanlah solusi untuk perencanaan keuangan. Namun, kebutuhan yang mendesaklah yang memaksa kita harus melakukannya. Meskipun begitu, utang bisa dilunasi apabila dikelola dengan cara yang tepat.
Joice Tauris Santi, jurnalis Kompas.id dan penulis tentang finansial, dalam siniar CUAN bertajuk "Cara Mengelola Utang Biar Gak Numpuk" di Spotify, menjelaskan secara lengkap perihal utang piutang ini dengan penjelasan yang mudah dicerna.
Menurut Joice, terdapat dua jenis utang, yaitu utang baik dan buruk. Meskipun identik dengan perasaan negatif, ternyata utang juga bisa berdampak positif apabila dikelola dengan baik.
Investopedia mengatakan utang baik itu adalah utang yang bisa memberikan nilai tambah, baik aset atau penghasilan. Misalnya, saat mengambil KPR atau cicilan rumah.
Meskipun tetap dihitung utang, hal tersebut bukanlah masalah besar karena tiap tahun harga rumah terus meningkat. Agar mendapat harga yang bagus, kita juga harus memastikan lokasi rumah yang strategis.
Baca juga: Decacorn Menawarkan IPO, Cari Tahu Apa yang Perlu Diperhatikan
Selain rumah, aset lainnya yang bisa dimaksimalkan dengan baik adalah kendaraan pribadi. Baik motor dan mobil yang masih dicicil, bisa disewakan atau digunakan untuk mencari penghasilan tambahan.
Namun, wanita tersebut juga menambahkan bahwa manfaat tak harus melulu perihal uang. Akan tetapi, kebahagiaan juga dapat dihitung sebagai hal positif. Misalnya, kita merasa bahagia jika memiliki kendaraan pribadi karena bisa memudahkan mobilitas.
Kebalikannya, utang buruk adalah utang konsumtif yang digunakan hanya untuk membeli barang-barang tak bernilai. Artinya, barang tersebut tidak memberikan nilai tambah, bahkan harganya cenderung menurun.
Misalnya, kita membeli baju bermerek dengan cicilan hanya untuk dipakai pada satu acara karena tuntutan sosial. Pembelian secara impulsif tersebut membuat nilai barangnya kurang dimaksimalkan.
Bahkan, saat memakainya pun kita tak mendapatkan rasa bahagia karena orientasinya untuk memenuhi ego orang lain.
Jika sudah terlanjur, utang juga harus tetap dikelola agar dapat dikembalikan sebagaimana mestinya. Berikut adalah dua kiat utama yang bisa dilakukan.