Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Artificial Intelligence" Belum Akan Gantikan Peran Manusia, Ini Sebabnya

Kompas.com - 12/05/2022, 15:36 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Artificial intelligence (AI) dipercaya dapat mempermudah dan membuat pekerjaan pemasaran jadi kian efisien. Namun begitu, muncul selentingan bahwa perannya yang kian mencakup banyak lini dapat membuat peran manusia semakin terkesampingkan.

Menanggapi hal tersebut, GTM Strategy & Ops. Manager Biginsight Salma Tarizka Noor memercayai bahwa setiap teknologi tentu memiliki batasannya pada suatu saat nanti, termasuk juga AI.

"Apakah AI berpeluang menggantikan peran manusia, saya pikir tidak. AI justru berpeluang melatih manusia menggunakan data dengan lebih baik dan efisien," kata Salma dalam konferensi pers, Kamis (12/5/2022).

Baca juga: Artificial Intelligence Bantu Pemasaran Perusahaan Lebih Efisien

Ia menambahkan, penggunaan AI tidak ingin menggantikan peran manusia, tetapi mengajak manusia untuk bekerja lebih cerdas dan cepat.

Hal ini karena AI memungkinkan sebuah perusahaan untuk melakukan klasifikasi pengguna, melacak dari kebiasaan konsumen, termasuk menawarkan aksi langsung atas kebiasaan yang terekam dari pengguna.

Ia juga berkata, meskipun ada AI, kehadiran manusia tetap dibutuhkan dalam beberapa pekerjaan, misalnya dalam supply chain dan pengiriman barang.

"Pasti kehadian manusia tetap akan dibutuhkan, karena pada beberapa bidang peran manusia tetap jadi tulang punggungnya. Poin pentingnya adalah AI tidak menggantikan, tetapi mempermudah kerja," terang dia.

Baca juga: Pekerjaan Terkait Artificial Intelligence Tawarkan Gaji hingga Rp 1,9 Miliar Per Tahun

Sepemikiran, Chief Bussiness Development Officer IYKRA Nabil Badjri menyebutkan, kehadiran manusia tetap memiliki peran penting dalam digital platform.

"Teknologi itu tetap memiliki celah ketidaksempurnaan atau error, di sana peran manusia diperlukan, sentuhannya dibutuhkan," kata dia.

Menurut dia, kehadiran AI hanya akan menggantikan peran yang sudah ada, tetapi tak berarti mengambil alih secara keseluruhan.

Misalnya, ia menyitir data Forbes yang mengatakan pada tahun 2029, profesi data scientist tidak dibutuhkan lagi. Ia sepakat dengan pendapat itu. Menurut dia, pada saatnya nanti, profesi itu mungkin akan berganti nama menjadi marketing scientist.

"Jadi seorang marketing sekaligus mengetahui pekerjaannya yang lebih luas, lebih mengerti apa yang dia kerjakan," tutup dia.

Baca juga: Pengusaha: Jangan ke Jakarta kalau Berijazah tapi Tak Punya Skill

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com