Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa "Sentra Ramos" Sering Dijadikan Merek Beras dan Apa Artinya?

Kompas.com - 07/06/2022, 09:24 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Bagi yang kerap membeli beras kemasan di pasar, baik pasar tradisional maupun toko ritel modern, tentu sudah tak asing lagi dengan merek-merek beras yang mencantumkan nama "Sentra Ramos" atau juga biasa disebut "Beras Ramos".

Sentra Ramos sendiri bisa dikatakan merupakan merek beras yang paling mudah ditemui di pasaran di Indonesia. Lalu apa sebenarnya arti Sentra Ramos dan mengapa acapkali dijadikan nama merek beras putih?

Dikutip dari data registrasi produk beras kemasan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP Kementan), sentra beras ramos adalah merek yang dipergunakan untuk beras yang berasal dari padi jenis IR, terutama IR 64.

IR 64 merupakan varietas padi paling populer di Indonesia karena merupakan jenis padi yang paling banyak ditanam petani dari Sabang sampai Merauke, sehingga jadi beras yang paling banyak membanjiri pasar beras Tanah Air.

Baca juga: 7 Produsen Mi Instan yang Paling Merajai Dunia, Indomie Termasuk?

Dari sisi harga, dengan kualitas sedang, IR 64 juga relatif paling terjangkau apabila dibandingkan dengan sejumlah merek beras yang masuk kategori premium seperti Pandan Wangi, Rojolele, Beras Solok, Menthik, dan Menthik Wangi.

Lantaran bukan beras premium pula, beras Sentra Ramos atau IR 64 tidak memiliki aroma khas apa pun. Rasa dan teksturnya juga dianggap paling cocok dengan selera kebanyakan masyarakat di Indonesia.

Ciri khas Setra Ramos ialah bentuknya yang agak panjang, tidak terlalu bulat dan sedikit ramping. Setra Ramos memiliki tekstur pulen sedikit pera ketika sudah dimasak menjadi nasi.

Varietas IR 64 adalah padi yang berasal dari IRRI (International Rice Research Institute) dan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986, atau saat pemerintah saat itu menggalakan swasembada beras.

IRRI adalah lembaga riset beras internasional yang berbasis di Filipina. Beras IR 64 dianggap sangat cocok dengan kondisi tanah di Indonesia. 

Baca juga: Mengenal Porkas, Judi Lotre yang Pernah Dilegalkan Soeharto

Varietas IR 64 dipilih pemerintah Orde Baru sebagai hasil persilangan yang diperbanyak ke para petani karena IR 64 merupakan varietas padi unggul nasional, memiliki karakter-karakter yang banyak disukai petani dan mudah dalam pembudidayaannya.

Oleh Kementerian Pertanian, padi IR juga dikembangkan dalam berbagai varian, seperti IR 42 yang kini oleh masyarakat lebih dikenal dengan beras pera.

Beberapa petani pembibit secara swadaya juga melakukan persilangan padi IR 64 untuk menghasilkan beras dengan kualitas tertentu seperti aroma maupun bentuk bulirnya.

Beberapa Varian Unggul Baru (VUB) yang merupakan hasil pengembangan persilangan padi IR 64 di Indonesia antara lain Ciherang, Mekongga, Situ Bagendit, Cigeulis, Impari, Ciliwung, dan Cibogo.

Lebih dari separuh beras yang beredar di Indonesia saat ini adalah berasal dari penggilingan padi IR 64. Hal inilah membuat masyarakat bisa dengan mudah menjumpai merek beras kemasan dengan merek "Sentra Ramos". 

Baca juga: Di era Soeharto, RI Bisa Swasembada Kedelai, Kenapa Kini Impor Terus?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com