Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Bakal Temui Pelanggan yang Dituduh Pasang Meteran Palsu dan Didenda Rp 68 Juta

Kompas.com - 20/06/2022, 22:05 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) bakal melakukan pertemuan dengan pelanggan yang dikenakan denda Rp 68 juta karena menggunakan segel meteran PLN palsu. Pertemuan ini juga akan diikuti pihak dari Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.

Persoalan denda ini ramai dibicarakan setelah seorang pelanggan melalui akun Instagramnya @sharonwicaksono mengunggah beberapa foto yang berisi informasi, bahwa dirinya diminta membayar Rp 68 juta oleh PLN karena segel meteran yang sudah digunakannnya sejak tahun 1993, dinyatakan palsu.

Senior Manager Komunikasi dan Umum PLN UID Jakarta Raya, Kemas Abdul Gaffur mengatakan, pihaknya telah menjadwalkan pertemuan dengan pelanggan terkait pada 22 Juni 2022. Hal ini menyusul adanya keberatan yang diajukan oleh pelanggan terkait denda yang dikenakan oleh pihak PLN.

Baca juga: PLN Minta Dana PMN Rp 10 Triliun di 2023, buat Bangun Pembangkit Listrik di Pelosok

"Nanti tanggal 22 Juni (dilakukan pertemuan dengan pelanggan), informasi lebih lanjut (akan disampaikan) setelah pertemuan dengan pelanggan," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (20/6/2022).

Berdasarkan keterangan PLN, pemeriksaan kWh meter merupakan bagian dari program Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL). Melalui pemeriksaan itu, pada rumah pelanggan tersebut ditemukan bahwa terdapat segel di kWh meter yang tidak sesuai dengan standar PLN.

Lalu pelanggan diminta untuk membawa alat meterannya ke lab PLN Bandengan. Pelanggan hadir di lab dan menyaksikan pengujian terhadap kWh meter tersebut yang menunjukkan hasil ujinya tidak sesuai dengan acuan standar.

Hasil uji tersebut menyatakan terdapat pelanggaran P2 yaitu mempengaruhi pengukuran kWh meter sehingga hasil ukurnya tidak akurat. Alhasil, PLN mengenakan denda terhadap pelanggan tersebut.

Baca juga: PLN Pastikan Pelanggan Bisnis dan Industri Tak Kena Kenaikan Tarif Listrik

Pelaksana Harian (PLH) Manager UP3 Bandengan, PLN UID Jakarta Raya Akkhita Nurrul mengatakan, atas hasil uji lab itu pelanggan memang menyatakan keberatan. Menurutnya, pihak PLN koorperatif atas pengajuan keberatan tersebut sehingga akan dilakukan pertemuan dengan pelanggan.

"Atas hasil lab itu, pelanggan mengajukan keberatan. PLN dengan sangat kooperatif memfasilitasi keberatan tersebut," katanya.

Sebelumnya, unggahan di akun Instagram @sharonwicaksono terkait diminta membayar denda Rp 68 juta oleh pihak PLN karena segel meteran yang palsud, menjadi viral di media sosial. Pada postingan itu terdapat foto perbedaan segel meteran asli menurut PLN dan segel palsu yang terpasang di meteran pelanggan.

Pada narasi postingan tersebut, rumah pelanggan PLN berinisial SW didatangi oleh petugas PLN yang melakukan pengecekan seperti biasa. Namun, saat itu SW sedang tidak berada di rumah.

SW merasa petugas PLN tersebut mencari-cari kesalahan, dan meteran milik SW perlu dibawa ke lab PLN untuk pengecekan lebih lanjut. Saat dibawa, pihak PLN Bandengan menyebut bahwa segel meteran SW tidak asli dan diminta membayar denda sebesar Rp 68 juta.

Dari tagihan itu, SW merasa diperas oleh 'oknum' pihak PLN. Sebab, ia mengaku orang awam yang tidak mengerti mengenai menteran listrik, terlebih segel meteran listrik itu sudah digunakan dari tahun 1993. SW pun mengaku sempat diancam akan diputus aliran listrik jika tidak membayar denda.

"Jujur gue sbg rakyat Indonesia merasa sangat KECEWA & DIRUGIKAN oleh 'oknum2' seperti mereka. Yg seharusnya tugasnya melayani masyarakat (PLN) malah bertindak sepihak & merugikan orang2 kecil kayak gini," tulis postingan pada akun @sharonwicaksono.

Baca juga: Tarif Listrik Orang Kaya Naik, PLN Perbolehkan Penurunan Daya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com