Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips "Startup" Hadapi Gelombang PHK dan Fenomena "Bubble Burst" ala AC Ventures

Kompas.com - 23/06/2022, 19:55 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang pemutusah hubungan kerja atau PHK belakangan ramai terjadi di perusahaan rintisan atau startup di berbagai negara.

Sejumlah pihak menilai gelombang PHK tersebut merupakan pertanda dimulainya fenomena bubble burst startup.

Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir menilai, fenomena yang terjadi belakangan ini tidak terlepas dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, yang agresif, sehingga menyebabkan cost of capital naik sejak November-Desember 2021.

Baca juga: Startup Diterpa Gelombang PHK, Jumlah Peserta yang Klaim JKP Akan Naik

Hal ini kemudian membuat banyak investor memindahkan asetnya dari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi atau high growth, dan mencari perusahan dengan aset yang aman seperti komoditas.

"Banyak yang lari ke komoditas, juga precious metal, kepada asset class yang lain. Nah untuk perusahaan teknologi yang sangat high growth dan benefit dari low cost environment itu mereka mengalami penurunan karena banyak investor lari," tutur Pandu, dalam keterangannya, dikutip Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Pelaku Startup Wajib Tahu, Ini 4 Kesalahan Manajemen Keuangan yang Kerap Dilakukan Perusahaan

Namun menurut Pandu yang juga Managing Partner di Indies Capital, saat ini justru menjadi waktu yang sangat menarik untuk melihat perkembangan startup, karena masih adanya pertumbuhan di sektor teknologi.

"Apa sih yang berubah selama 4-5 bulan terakhir, karena pertumbuhannya masih ada. Banyak perusahaan sektor teknologi ini. Menurut saya sangat bagus untuk melihat nilai yang ada pada sektor teknologi," ujarnya.

Meski terlihat masih menggiurkan, Pandu juga mewanti-wanti founder startup bahwa investor akan lebih berhati-hati.

Investor, menurutnya, kini cenderung mencari startup yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir.

Baca juga: Startup Bisa Dapat Pendanaan dengan Program Kemenkop UKM Ini

 

Tips untuk founder startup

Dalam menghadapi fenomena bubble burst ini, Pandu pun memberikan tiga tips untuk pendiri atau founder startup.

Pertama mereka harus benar-benar menunjukan, apakah bisnis mereka mampu menghasilkan omzet atau tidak.

"Ini kadang dianggap kita harus membeli pangsa pasar. Tapi yang paling penting adalah produk market fit-nya sudah pas atau belum? Jadi Anda harus bisa belajar beradaptasi yang sangat cepat untuk melihat 'Eh saya bisa gak ya menghasilkan profit dari bisnis saya sekarang ini?'" kata Pandu.

Kedua, para founder juga harus bisa membaca dari sisi sentimen investor bahwa mereka tidak hanya cari perusahaan yang tumbuh (growth) saja, sebab investor pasti mencari keuntungan.

"Bisa enggak Anda untung sekarang? Unit economic Anda bagaimana? Jadi itu juga harus dijadikan top of mind," ujarnya.

Terakhir adalah para founder jangan terus menggantungkan diri pada pendanaan dari investor.

Menurut Pandu, pendiri startup harus bisa menggunakan uang yang ada untuk terus diputar dan diinvestasikan ulang untuk pertumbuhan perusahaan mereka.

"Jadi kalau sekarang misal 'Oh saya harus (dapat pendanaan) seri A, seri B, seri C. Paling enak kalau bisa dari pre-seri A eh udah bisa loncat, nanti seri B, seri C. Bahasanya skip round, sebenarnya buat para shareholder, atau owner atau founder ini juga lebih bagus karena Anda punya equity lebih banyak di perusahaan Anda," pungkas Pandu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com