Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor-faktor Ini Jadi Pendorong Perbankan Berubah Jadi Bank Digital

Kompas.com - 14/07/2022, 20:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Artificial Intelligence (AI) dan robotik

Hal – hal tersebut mendorong revolusi perbankan menjadi banking 5.0 yang tentunya lebih akrab dengan sistem otomatisasi. Seperti, kombinasi artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan sistem robotik, yang mendorong produktivitas.

“Di banking 5.0 konsumen melihat layanan itu bisa dinikmati secara fisik dan digital. Yang penting, layanan tersebut memberikan akses mudah, lengkap, dengan biaya yang minimal. Sehingga bisa menjawab kebutuhan konsumen di era digital ini,” lanjutnya.

Eka menjelaskan, transformasi sistem keuangan digital memiliki output one stop services kepada konsumen. Untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut, harus didukung oleh inovasi dan teknologi, serta mampu mengutilisasi artificial intelligence.

“Bisa mengkombinasikan peran teknologi, SDM, dan model bisnisnya bisa mendorong kelangsungan bisnis pada bank digital. OJK sebagai regulator merespons perkembangan digitalisasi perbankan, dan kami membuta master plan mencakup, pengembangan ekosistem keuangan, dan akselerasi digiral di sektor jasa keuangan Indonesia,” tegas dia.

Dalam kesempatan sama, Managing Director APAC Thought Machine, Nick Wilde mengatakan, setiap bank perlu memodernisasi teknologinya agar terus eksis dalam persaingan layanan keuangan. Melalui digitalisasi, selain kebutuhan nasabah terpenuhi, biaya operasional bagi setiap bank bisa semakin ditekan dan efisien.

Bahkan, dirinya tidak memungkiri bahwa modernisasi perbankan memerlukan investasi yang tidak sedikit. Maka dari itu, setiap bank memerlukan komitmen untuk terus melakukan modernisasi digital pada semua proses bisnisnya.

Hal ini perlu dilakukan agar bisnis perbankan bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Adapun Chief Sales and Marketing Officer Soluix Finteknologi Indonesia Eryco Putra mengungkapkan terdapat peluang bagi perbankan untuk membuka diri dan menawarkan berbagai inovasi layanan keuangan, atau banking as a service.

Banking as a Service adalah istilah bagi bank digital dan pihak ketiga lainnya untuk bisa terhubung dengan sistem perbankan secara langsung melalui Application Programming Interface (API).

Dengan demikian, bank maupun pihak ketiga bisa membangun penawaran layanan di atas infrastruktur yang telah diatur oleh penyedia layanan.

“Opportunity ke depan akan semakin banyak. Misalnya saja Social Commerce (Social Media E-commerce) yang membawa peluang tidak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada bank. Bagaimana bank bisa menawarkan solusi (layanan keuangan) yang mudah kepada influencer, pembuat konten, dan SME,” ucap Eryco.

Sementara itu, Expert Associate Partner McKinsey and Company, Aditya Saxena mengatakan, terdapat tiga komponen utama untuk bank digital dalam mengembangkan operasi front end digital pada perbankan.

Pertama, bank masih harus mempertahankan cabang-cabangnya di samping mengurangi jejak fisik bagi nasabah. Kedua, komponen modular dalam perbankan harus dapat dikonfigurasi.

Ini memungkinkan fleksibilitas dalam kecepatan operasi digital front end beroperasi pada kecepatan yang diperlukan. Kemudian, komponen waktu model operasi yang cepat dan gesit dalam perkembangan digital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com