JAKARTA, KOMOPAS.com - Laba emiten konsumer, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) sampai dengan paruh pertama tahun ini terkontraksi, meskipun pendapatan perseroan meningkat. Ini disebabkan lonjakan harga bahan pokok, imbas dari perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Garudafood membukukan penjualan sebesar Rp 5,18 triliun pada semeter pertama tahun 2022. Ini meningkat 23,8 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 4,18 triliun.
Di sisi lain, beban pokok penjualan meningkat lebih tinggi yakni sekitar 32,1 persen secara yoy, dari Rp 2,97 triliun pada semester pertama tahun lalu, menjadi Rp 3,92 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Baca juga: Melonjak 75,1 Persen, Laba BNI Capai Rp 8,8 Triliun pada Semester I 2022
Dengan demikian, laba bersih Garudafood yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun sebesar 10,5 persen secara yoy, dari Rp 201,99 miliar pada kuartal I-2021, menjadi Rp 180,82 miliar.
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan, penurunan laba bersih Garudafood tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku sebagai dampak kondisi pandemi dan konflik Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan sehingga memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.
"Tantangan kami saat ini adalah menghadapi kenaikan harga bahan baku yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir," ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (29/7/2022).
Baca juga: Maybank Indonesia Bukukan Laba Rp 663 Miliar di Semester I 2022
Untuk menyiasati kondisi tersebut, Paulus menyebutkan, perseroan melakukan berbagai upaya antara lain, kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan jaminan pasokan, meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku sehingga kelangsungan proses produksi tidak sampai terganggu.
Selain itu, Garudafood juga memfokuskan untuk menggenjot pertumbuhan volume penjualan produk di kategori fast moving, dengan melakukan ekspansi jalur distribusi, serta digitalisasi sektor logistik.
Terakhir, perseroan telah menaikkan harga jual per kg secara bertahap untuk produk-produk di kategori tertentu sejak Januari 2022.
"Kami optimis pada akhir 2022 kami mampu mencapai pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang lebih baik dibandingkan tahun lalu," ucap Paulus.
Baca juga: Tahun Masih Lalu Rugi, Emiten Pelayaran GTSI Akhirnya Raup Laba
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.