Dan perdebatan terus berlanjut hingga masalah penanganan sampah baterai. Peningkatan produksi kendaraan listrik berisiko membawa pada persoalan baru, yaitu peningkatan volume sampah baterai litium kendaraan-kendaraan tersebut.
Baterai litium memiliki dampak langsung bagi lingkungan apabila dibuang secara tidak bertanggung jawab.
Baterai jenis ini mengandung berbagai kandungan logam seperti kobalt (Co), tembaga (Cu), nikel (Ni), dan timbal (Pb) yang berisiko mencemari lingkungan sekitar tempat pembuangan.
Sebelum semua perdebatan menghasilkan kesimpulan yang mampu menyelamatkan lingkungan, ada baiknya kita menunda mengganti kendaraan konvensional kita menjadi kendaaran listrik (electric vehicle (EV)).
Namun upaya menyehatkan lingkungan harus tetap dilakukan. Lebih baik beralih menggunakan kendaraan umum untuk mengurangi emisi dan polusi yang akhir-akhir ini mulai menjadi-jadi.
Jika memungkinkan maksimalkan penggunaan kendaraan umum yang sudah menggunakan listrik, seperti di Jakarta ada KRL, LRT, MRT dan TransJakarta.
Demi lingkungan dan masa depan. Jangan sampai cerita plastik kembali terulang. Plastik yang mulanya dibuat sebagai substitusi kertas yang dianggap merusak lingkungan, namun kini kita kewalahan menghadapi pencemaran lingkungan karena plastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.