JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai menjadi momentum yang tepat untuk mendongkrak pemanfaatan penggunaan energi non-BBM pada sektor transportasi.
Pasalnya peningkatan penggunaan energi non-BBM diproyeksi dapat menekan anggaran subsidi BBM pemerintah, sekaligus mengurangi impor bahan bakar fosil itu.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon mengatakan, saat ini sudah banyak negara yang memfokuskan penggunaan transportasi non-BBM untuk menekan biaya sekaligus mengurangi emisi.
Baca juga: Reksa Dana Dinilai Masih Prospektif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Ia menyebutkan, Perancis menjadi salah satu negara yang menerapkan hal tersebut, bahkan pada saat bersamaan juga melarang iklan BBM fosil.
“Harus dimulai dengan kemauan politik yang kuat, misalnya mendeklarasikan bahwa angkutan umum di Indonesia akan 100 persen menggunakan kendaraan non-BBM pada tahun 2030," kata Harya dalam keterangannya, Kamis (8/9/2022).
"Kemarin Sekretariat Negara mengumumkan penggunaan kendaraan non BBM untuk operasional di 5 Istana Negara. Itu layak diapresiasi, namun dampaknya tidak akan signifikan kalau tidak diikuti dengan angkutan umum," tambah dia.
Baca juga: Buruh Bakal Kembali Turun ke Jalan, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM
Lebih lanjut ia bilang, pada tahap awal transportasi umum bisa melakukan migrasi ke bahan bakar gas (BBG) berjenis Compressed Natural Gas (CNG).
Sebab, investasi penggunaan BBG untuk perusahaan transportasi umum masih lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan energi non-BBM lain, seperti kendaraan listrik.
Pemanfaatan BBG sebenarnya telah dilakukan oleh salah satu perusahaan transportasi umum nasional, yakni PT Blue Bird Tbk.
Baca juga: Miliaran Data SIM Card Diduga Bocor, Ini Hasil Investigasi ATSI
Perusahaan transportasi tersebut saat ini sudah memiliki armada berbasis BBG sebanyak 2.300 unit atau 22 persen dari seluruh armada, dan rencananya akan terus ditambah hingga 5.000 unit.
Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono sempat mengatakan, perusahaan menggenjot penggunaan kendaraan BBG lantaran lebih murah dibandingkan dengan kendaraan listrik.
Ia mengungkapkan, investasi pengadaan mobil listrik biayanya empat kali lipat dari mobil konvensional, oleh karenanya armada listrik Blue Bird saat ini jumlahnya baru sekitar 60 unit.
"Melalui penerapan armada BBG, Blue Bird berhasil menekan beban energi hingga 40 persen," ujarnya.
Untuk mendorong lebih banyak transportasi umum menggunakan BBG, pemerintah dinilai harus mulai menambah jaringan stasiun pengisian bahan bahar gas (SPBG) untuk memudahkan dalam pengisian dan memotivasi migrasi ke BBG.
"Kita lihat dari pengalaman TransJakarta. Banyak waktu kendaraan habis mengantri di SPBG sehingga kinerja operasional angkutan menjadi tidak optimal,” ucap Harya.
Baca juga: Rebound, IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.232,02
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.