Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Perkuat Eksistensi Kelapa Sawit Berkelanjutan, ANJ Dorong Petani melalui Pelatihan untuk Tingkatkan Ketertelusuran

Kompas.com - 14/11/2022, 08:45 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJ) terus berupaya menerapkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau praktik-praktik yang berlandaskan prinsip ramah lingkungan.

Head of Business Process and Business Development of Smallholders ANJ Airlangga Djati menyampaikan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, ANJ menerapkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sebagai upaya meminimalkan dampak perubahan iklim.

Peningkatan suhu udara dan cuaca yang ekstrem dalam periode kemarau berkepanjangan pada satu sisi dan curah hujan tinggi yang mengakibatkan banjir di sisi lainnya, berpengaruh besar terhadap produktivitas perkebunan.

Hal itu terjadi karena menurunnya kelembaban tanah, kekurangan air, kerusakan struktur tanah, serta perubahan perilaku serangga polinator dalam melakukan penyerbukan alami dan perkembangan buah sawit.

Perubahan iklim juga berdampak pada sisi operasional, karena proses pemanenan terhambat oleh cuaca panas yang bisa meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Kemudian, hujan deras juga memengaruhi aksesibilitas jalan dan jembatan akibat banjir.

Baca juga: ANJ Komitmen Terapkan Prinsip GCG untuk Perkokoh Kinerja Perusahaan

“Oleh karena itu, kami berpartisipasi dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan untuk memastikan keberlanjutan operasi kami,” ujarnya dalam wawancara secara tertulis bersama Kompas.com, Kamis (3/11/2022).

Salah satunya upaya yang dilakukan ANJ dalam menerapkan minyak sawit berkelanjutan adalah membuat program ketertelusuran untuk mengidentifikasi sumber buah dari petani sawit mandiri.

“Kami menyadari bahwa para pemasok tersebut juga mempunyai potensi dampak sosial dan lingkungan, dan akan memengaruhi kinerja kami secara keseluruhan dalam mengembangkan minyak sawit berkelanjutan,” ungkap Airlangga.

Untuk itu, pada 2021, ANJ membangun sistem ketertelusuran yang efektif dan efisien melalui aplikasi Electronic Traceability (eTIS). Aplikasi ini dapat menerima, memproses, dan melaporkan data secara transparan.

Sistem ketertelusuran elektronik tersebut dapat merekam dan mencatat data secara realtime untuk membantu pemasok tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di pihak ketiga ANJ dalam mengumpulkan dan melaporkan data ketertelusuran.

Baca juga: 5 Strategi Utama ANJ untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim

Data tersebut, seperti hasil timbang TBS atau surat pengantar, berguna untuk menyelesaikan permasalahan teknis.

Salah seorang sopir tengah melaporkan data ketertelusuran lewat aplikasi eTIS yang dikembangkan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ). (DOK. ANJ)DOK. Humas ANJ Salah seorang sopir tengah melaporkan data ketertelusuran lewat aplikasi eTIS yang dikembangkan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ). (DOK. ANJ)

Dalam mempraktikkan program ini, ANJ melakukan sosialisasi secara berkesinambungan, pelatihan, dan pendampingan secara bertahap kepada para mitra pemasok. Dalam beberapa tahun mendatang, ANJ berambisi mewujudkan transparansi dan ketertelusuran TBS mencapai lebih dari 99 persen ketertelusuran TBS pihak ketiga pada akhir 2025.

ANJ juga memberikan pendampingan teknis agronomis kepada para petani sawit mandiri dan koperasi. Dengan begitu, program itu diharapkan semakin meningkatkan dan membantu mitra pemasok secara berkelanjutan dalam rantai pasokan kelapa sawit.

Terkait penerapan program eTIS, ANJ menghadapi berbagai tantangan, seperti mendapatkan keterbukaan data dan informasi dari petani sawit khususnya terkait koordinat lokasi dan dokumen legalitas lahan.

“Selain itu jumlah petani sawit kami yang tersebar di banyak desa. Dengan akses ke lokasi yang susah dijangkau, tentu merupakan tantangan bagi kami baik dari sisi fisik, waktu, dan biaya untuk melakukan identifikasi dan pencatatan koordinat geografis dari masing-masing petani,” terangnya.

Baca juga: Kuartal I-2022, ANJ Catatkan Kenaikan Laba Bersih 261,9 Persen

Halaman:


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com