JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 sebesar 5,2 persen, lebih tinggi dari proyeksi Bank Dunia pada Juni lalu sebesar 5,1 persen.
Country Director World Bank Indonesia and Timor Leste Satu Kahkonen mengatakan, meskipun terjadi perlambatan global, Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang kuat pada 2022 berkat meningkatnya harga-harga komoditas dan pembukaan kembali ekonomi.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan PDB riil yang telah meningkat dari 3,7 persen pada tahun 2021 menjadi 5,4 persen secara tahunan (yoy) pada tiga kuartal pertama tahun 2022.
Baca juga: Luhut: Jika Kurs Rupiah Tembus Rp 16.000, Bukan karena Ekonomi RI Enggak Bagus
Lonjakan harga batu bara dan minyak kelapa sawit sejak dimulainya perang Rusia dan Ukraina telah menghasilkan pendapatan perusahaan yang sangat besar
"Hari ini Indonesia telah berhasil mempertahankan ekonomi makro yang stabil tetapi kebijakan makro ke depannya perlu terus dipertahankan untuk menghadapi ketidakpastian di seputar pasar bahan bakar minyak," ujarnya dalam acara peluncuran Laporan Bank Dunia: Indonesia Economic Prospect edisi Desember 2022 di Energy Building, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Indonesia diproyeksikan akan mempertahankan pemulihannya selama tiga tahun ke depan meskipun dengan risiko penurunan yang signifikan yang berasal dari lingkungan ekonomi global.
Oleh karenanya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada 2023-2025 menjadi sekitar 4,8 persen.
Pasalnya ke depan, risiko penurunan cukup besar dan dapat sangat membebani
pertumbuhan Indonesia jika terwujud. Permintaan global yang lebih lemah, keuangan global yang lebih ketat, arus keluar modal yang meluas, dan tekanan mata uang dapat memicu siklus pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat.
Baca juga: Semerbak Asa Ekonomi Indonesia di 2023
Inflasi RI 2023 diprediksi mencapai puncak
Dia menilai kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil di tengah gejolak global, namun tidak terlindung dari tekanan harga. Inflasi meningkat hingga mencapai 5,7 persen yoy pada Oktober 2022.
Bank Dunia memperkirakan inflasi rata-rata Indonesia akan mencapai puncaknya pada 2023 sebesar 4,5 persen, lalu berada di batas atas Bank Indonesia (BI) dengan rata-rata 3,5 persen selama 2024-2025.
Tekanan inflasi itu didorong oleh kenaikan harga komoditas internasional, kenaikan tarif energi dalam negeri, dan kenaikan harga produsen. Transmisi harga produsen ke harga konsumen, bagaimanapun juga, telah dibatasi oleh mekanisme kontrol harga, khususnya di bidang energi dan pertanian.
Harga makanan dan bahan bakar yang lebih tinggi menggerus daya beli, dengan dampak yang berbeda-beda di seluruh kelompok pendapatan. Harga makanan naik 7,9 persen yoy pada bulan September 2022.
Hal ini diperkirakan akan mengurangi konsumsi swasta sebesar 3,7 persen untuk kelompok 40 terbawah dan 2,8 persen untuk kelompok 20 teratas.
Selain itu, defisit fiskal diproyeksikan tetap berada di bawah 3 persen dari target PDB pemerintah pada tahun 2023 karena penerimaan dari reformasi pajak terwujud dan pengeluaran terkait Covid-19 dihentikan.
Posisi eksternal diproyeksikan sedikit memburuk dengan risiko kerentanan rendah hingga sedang. Neraca transaksi berjalan diproyeksikan berubah menjadi defisit kecil dalam jangka menengah.
Baca juga: Ekonomi Indonesia 2022: Kokoh di Tengah Krisis Global
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.