JAKARTA, KOMPAS.com - Polri mengajak masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih instrumen investasi.
Kasubdit V Dittipideksus Bareskrim Polri Kombes Ma'mun mengatakan, banyaknya jenis investasi dibarengi dengan bermunculannya investasi ilegal alias investasi bodong. Salah satunya adalah investasi yang menggunakan skema ponzi.
Ma'mun meminta masyarakat untuk tidak ikut di instrumen investasi yang menggunakan skema ponzi.
"Pokoknya prinsipnya kalau get member get bonus itu sudah ponzi. Enggak usah ikut. Enggak usah ditanya lagi legalistasnya. Kalau lo nyari orang, dapat, lalu dapat bonus dari orang yang lo dapat, itu ponzi. Tinggalkan," ujarnya dalam diskusi Pembukaan Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi Tahun 2023, dikutip Rabu (8/3/2023).
Baca juga: Apa Itu Skema Ponzi, Cara Kerja, dan Contoh Kasusnya
Dia bilang, biasanya investasi yang menggunakan skema ponzi ditawarkan oleh orang-orang terdekat atas dasar kepercayaan.
Selain itu korban yang biasanya terkena penipuan investasi ilegal adalah masyarakat menegah ke bawah lantaran lebih membutuhkan uang. "Misalnya, tukang pijit, tukang sayur, pedagang mie ayam," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko mengungkap modus penipuan perdagangan berjangka komoditi alias pialang berjangka ilegal yang paling sering ditemukan.
Dia menyebutkan salah satu modusnya adalah iming-iming keuntungan 10 persen per bulan.
"Yang digaungkan selalu untung 10 persen per bulan. Nah investasi di mana pun tidak ada yang untungnya. Tetapi, ini ingin kita sampaikan kepada masyarakat kalau ingin investasi coba pelajari dulu, dan dalam investasi selalu melekat dengan resiko," ujar Didid.
Menurut dia, jika sebuah investasi berisiko tinggi maka kemungkinan rugi juga tinggi. Namun dia menyayangkan banyak masyarakat yang tidak berfikir jauh lantaran tergiur nilai keuntungannya.
"Dari sisi masyarakat, kita ingin sampaikan ada resiko-resiko dalam perdagangan berjangka ini, di sisi lain, kami juga mengajak para pelaku usaha ini untuk lebih fair lagi. Dalam mencari customer baru harus menyampaikan risiko- risiko yang melekat," ungkap dia.
Baca juga: Ramai Warganet Keluhkan Tamasia, Kenali Lagi Ciri-ciri Investasi Bodong
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.