Profesor Kate Fletcher dari Centre of Sustainable Fashion, University of the Arts London, menekankan konsep fesyen lambat bertujuan mendorong perubahan sistem dalam proses produksi dan konsumsi fesyen yang mengintegrasikan desain produksi yang “hijau” karena bersumber dari material yang ramah lingkungan dan kesadaran konsumen untuk memilih langkah-langkah bertanggung jawab dalam mengonsumsi fesyen.
Pada satu titik tertentu, thrifting lebih baik dari pembelian pakaian baru berulang sekalipun pakaian tersebut diklaim ramah lingkungan atau sustainable fashion.
Alasannya sederhana, karena belum ada kepastian pakaian dengan label sustainable mampu menjelaskan bagaimana prinsip “hijau”, misalnya zero-waste atau emision, benar-benar terwujud dalam transparansi proses produksinya dan terjebak dalam praktik greenwashing semata.
Namun, yang perlu dicatat, fesyen lambat juga menekankan dimensi sumber produksi dan distribusi lokal.
Dalam penelitian tentang studi consumer oleh Sojin Jung and Byoungho Jin (2014) dari The University of North Carolina disebutkan lokalisme adalah salah satu dimensi utama dalam praktik fesyen lambat.
Jika dimensi ini diperhatikan maka thrifting bukanlah musuh bagi UMKM di Indonesia. Justru, thrifting akan menjadi solusi sirkulasi sampah fesyen yang ditimbulkan oleh industri fesyen lokal, dengan catatan thrifting dilakukan dalam ruang lingkup lokal dengan semangat konsumsi bertanggung jawab.
Dalam ilmu komunikasi, pemahaman tentang sustainability dilakukan melalui pembentukan makna melalui proses diskursus masyarakat yang panjang.
Thrifting yang berkaitan dengan praktik konsumsi fesyen yang berkelanjutan juga tentu melalui proses pembentukan makna tersebut.
Dalam teori-teori media konstruktivis, media tidak hanya merupakan institusi teknologi yang mengirim pesan atau informasi, tetapi sebagai sistem yang menawarkan realitas, yang berasal dari sistem pembentukan makna yang kompleks.
Dalam konteks thrifting, media seharusnya pertama memberikan orientasi solusi akan masalah tanggung jawab konsumsi fesyen dan thrifting adalah salah satu solusi jika dipraktikkan sesuai konsep yang tepat.
Kedua, memberikan rasa emosi yang mendorong perilaku konsumsi fesyen bertanggung jawab.
Ketiga, menyampaikan informasi soal thrifting di media sebagai strategi untuk membangun pemahaman masyarakat tentang fesyen berkelanjutan.
Harapannya masyarakat Indonesia memahami makna konsumsi fesyen yang bertanggung jawab seutuhnya dan tidak salah kaprah mengasosiasikan thrifting sebagai pakaian impor bekas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.