Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghasilan Pasangan yang Lebih Tinggi dalam Pernikahan Bisa Menimbulkan Masalah?

Kompas.com - 24/04/2023, 12:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak memiliki kestabilan keuangan tentu dapat berdampak negatif pada hubungan rumah tangga. Uang yang terbatas berarti menginsyaratkan lebih banyak kompromi.

Namun begitu, peningkatan finansial dalam rumah tangga ternyata juga dapat menimbulkan tantangan tersendiri.

Perencana keunganan sekaligus pendiri Sudden Money Institute Susan Bradley mengatakan, mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam rumah tangga ternyata bisa membingungkan.

“Ini membangkitkan kepercayaan dan sistem nilai, yang mungkin sudah ada selama ini, tetapi Anda tidak memiliki kesempatan untuk membicarakannya,” ujar dia dikutip dari CNBC, Senin (24/4/2023).

Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha 3 Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Gapoktan Agribisnis

Dalam sebuah pernikahan, wanita yang menghasilkan lebih banyak uang bisa menjadi sumber stres bagi pasangannya.

Survei Pew Research Center mencatat, hampir setengah dari pernikahan di Amerika Serikat, wanita memiliki penghasilan sama atau melebihi pendapatan suami mereka dengan rata-rata pendapatan 53.000 dollar AS, atau sekitar Rp 777,6 juta (kurs Rp 14.954).

Sementara itu, perencana keuangan dan profesor psikologi keuangan Universitar Creighton Brad Klontz mengatakan, bagi banyak orang Amerika Serikat, memiliki banyak uang dapat berarti meninggalkan juga keadaan sosial ekonomi terdahulu.

“Saya biasanya memberi tahu orang-orang, Anda harus membuang semua uang Anda atau menyingkirkan semua teman. Itu adalah pernyataan yang ekstrem tetapi tampaknya sering kali benar," terang dia.

Baca juga: Simak Cara Menghitung Pajak Penghasilan atas Royalti

Bagi banyak orang, kenaikan gaji yang signifikan atau mewarisi sejumlah besar uang seringkali berarti mereka sekarang dapat menikmati beberapa aktivitas yang tidak dapat dilakukan teman mereka.

Pasangan yang diajak berlibur mungkin tidak mampu membayar hotel mewah atau restoran yang ingin dicoba.

Sementara, teman lain mungkin mulai mengharapakan lebih banyak bantuan.

"Anda bukan bagian dari sosial ekonomi yang lama, sehingga mereka mulai memberi perlakuan berbeda. Ketika makan siang, apakah Anda harus terus mentraktir sekarang?" ungkap dia.

Brad menerangkan, semua hal tersebut dapat membuat seseorang merasa terisolasi. Pasalnya, manusia diprogram secara evolusioner untuk percaya, kehilangan jejaring sosial akan mengurangi kemungkinan bertahan hidup.

Baca juga: Sri Mulyani Beri Simulasi Pemotongan Pajak Penghasilan untuk Gaji Rp 5 Juta per Bulan


Sementara itu, Susan Bradley menjelaskan, transisi pasangan suami istri untuk menghadapi situasi ini mungkin memerlukan waktu lima sampai enam tahun.

Pasangan dapat mulai membicarakan perencanaan keuangan untuk masa depan.

Ia menyarankan, pasangan untuk membahas hal tersebut mulai dari menentukan apa hal yang tidak ingin diubah atau sesuatu yang menjadi pegangan.

Penting juga untuk melihat hal-hal apa yang sudah sesuai dan ingin dilindungi, misalnya suasana tempat tinggal.

"Duduk dan berbicara terus terang tentang bagaimana uang ini akan mengubah, atau tidak mengubah. Prioritas Anda dapat membuat transisi menjadi lebih mulus," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com