Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Ekonomi Indonesia 3 Bulan Pertama 2023, Ungguli China hingga Nomor 2 Tertinggi di Antara Negara Maju

Kompas.com - 08/05/2023, 06:38 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun lalu, pejabat publik, lembaga internasional, hingga analis ramai-ramai menyampaikan ramalan suram terhadap perekonomian global 2023. Suramnya ekonomi dunia tersebut diproyeksi bakal berdampak ke perekenomian Indonesia.

Namun perekonomian Indonesia masih terjaga hingga tiga bulan pertama 2023. Hal ini terefleksikan dari perekonomian nasional yang tumbuh positif, bahkan lebih tinggi dari proyeksi berbagai pihak.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI tumbuh 5,03 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama 2023. Realisasi ini melampaui prediksi analis yang berada di kisaran 4,8 hingga 4,9 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini juga lebih tinggi dibanding kuartal terakhir tahun 2022. Tercatat pada kuartal IV-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen secara yoy.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 Tumbuh 5,03 Persen

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam tren positif. Tercatat sejak kuaral IV 2021, PDB RI terus tumbuh di kisaran 5 persen secara tahunan.

"Tren pertumbuhan ekonomi tahunan masih tumbuh pada level 5 persen menandakan ekonomi kita masih stabil," ujar dia, dalam konferensi pers, Jumat (5/5/2023).

Pertumbuhan kuat di tengah ketidakpastian global

Realisasi tersebut menunjukan, perekonomian nasional masih terjaga di tengah ketidakpastian global. Resiliensi ini dibukukan oleh berbagai sumber pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi ini lebih didorong dari kondisi ekonomi domestik yang solid," ujar Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.

Jika dilihat berdasarkan sumbernya, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, dengan kontribusi sebesar 2,44 persen. Pasca dicabutnya status PPKM pada pengujung tahun lalu, konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan sebesa 4,54 persen secara yoy.

"Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi didorong oleh konsumsi yang kuat," kata Teuku.

Setelah konsumsi rumah tangga, perdagangan internasional menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar kedua, dengan porsi sebesar 1,69 persen. Kemudian, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi berkontribusi 0,68 persen, dan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya berkontribusi 0,22 persen.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan lapangan usahanya, sumber pertumbuhan ekonomi didominasi oleh 4 sektor utama. Keempat sektorr tersebut ialah, industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi.

Baca juga: Sebut Ekonomi 2023 Akan Gelap, Jokowi: Saya Menyimpulkan Perang Rusia-Ukraina Akan Lama

Data menunjukan, industri pengolahan menyumbang 0,92 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini. Mengekor, sektor perdagangan berkontribusi 0,64 persen, sektor transportasi dan pergudangan juga berkontribusi 0,64 persen, serta informasi dan komunikasi berkontribusi 0,46 persen.

Seluruh sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha tumbuh positif. Namun, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan sektor transportasi dan pergudangan, yakni sebesar 15,93 persen secara tahunan.

Pesatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan terjadi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat. Tercatat angkutan rel tumbuh 51,09 persen, kemudian angkutan udara tumbuh sebesar 41 persen.

"Tumbuhnya berbagai sektor perekonomian terutama pengolahan dan sektor yang mengandalkan mobilitas seperti transportasi mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Riefky.

Baca juga: OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Jadi 4,7 Persen

Pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di G20

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen secara tahunan pada kuartal I-2023 menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Bahkan Ia menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi RI menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara dengan perekonomian terbesar yakni G20.

"Pertumbuhan ekonomi kita 5,03 persen itu kan salah satu yang tertinggi atau nomor 2 di antara G20," ujar dia.

Sebagai informasi, sebagian negara anggota G20 memang telah mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Namun, sebagian negara belum merilis data tersebut.

Mengacu kepada data Trading Economics, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara G20.

Pertumbuhan ekonomi RI mengungguli China dengan pertumbuhan 4,5 persen, Meksiko tumbuh 3,9 persen, Amerika Serikat tumbuh 1,6 persen, Korea Selatan tumbuh 0,8 persen, Singapura tumbuh 0,1 persen, serta Jerman yang justru terkontraksi perekonomiannya sebesar 0,1 persen.

"Jadi di tengah dunia yang pertumbuhan melambat, yang lain belum recover, kita sudah recover duluan," kata Airlangga.

Menurut Airlangga, kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari aktivitas masyarakat yang mulai pulih pasca status PPKM dicabut pada akhir tahun lalu. Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan pemerintah dinilai juga telah membuahkan hasil positif, sehingga mendukung pertumbuhan investasi.

"Prospek pertumbuhan ekonomi nasional ke depan tetap kuat," ucap Airlangga.

Baca juga: IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Jadi 5 Persen

Prospek ekonomi 2023 RI positif

Dengan melihat realisasi kuartal I-2023, perekonomian diyakini tetap tumbuh positif hingga pengujung tahun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diperkirakan masih cukup menjanjikan di tengah perlambatan ekonomi global.

"Resiliensi tingkat pertumbuhan ekonomi hingga triwulan I menjadi indikasi kuat bahwa daya tahan perekonomian nasional dalam menghadapi tekanan global terus membaik," tuturnya.

Pemerintah bahkan memasang target, hingga akhir tahun ini perekonomian nasional dapat tumbuh hingga 5,3 persen secara yoy. Menko Airlangga menyebutkan, salah satu faktor yang mendukung optimisme itu ialah fenomena tahun politik.

"Kita berharap target pembangunan kita, pertumbuhan di akhir tahun, khususnya tahun politik 2023 ini bisa mencapai 5,3 persen," katanya.

Ia pun membeberkan sejumlah indikator yang menunjukan, fundamental ekonomi RI terus membaik. Salah satunya ialah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus tumbuh, di mana pada Maret 2023 mencapai 123,3.

Kemudian, aktivitas sektor industri kian menggeliat. Hal ini terefleksikan dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2023 yang berada di level 52,7, naik 0,8 poin jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

RI juga dinilai cukup terjaga dari kondisi eksternal. Hal ini terefleksikan dari surplus transaksi berjalan yang ditopang oleh surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut serta cadangan devisa yang mencukupi.

"Kami optimis bahwa pertumbuhan ini bisa terus dijaga di tahun 2023 dan tentunya menjadi momentum di tahun 2024," kata Airlangga.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,03 Persen, Menko Airlangga: Tertinggi Nomor 2 di G20

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com