Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Resesi Mereda, Harga Minyak Dunia Menguat 2 Persen

Kompas.com - 09/05/2023, 08:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Senin (8/5/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB. Penguatan ini dipicu meredanya kekhawatiran terhadap resesi.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 2,19 persen atau 1,65 dollar AS ke level 76,95 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,5 persen atau 1,78 dollar AS ke level 73,12 dollar AS per barrel.

Kenaikan kedua acuan harga minyak dunia itu melanjutkan penguatan pada penutupan akhir pekan lalu yang naik sekitar 4 persen, usai hari-hari sebelumnya harga minyak mentah terus turun ke level terendah sejak akhir 2021.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Sepekan: Brent Turun 5,3 Persen, WTI Anjlok 7,1 Persen

Saat ini kekhawatiran pasar terhadap risiko resesi yang bisa menekan permintaan minyak tengah mereda. Hal ini berkat laporan ketenagakerjaan yang kuat di Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS, data penggajian non-pertanian (NFP) AS meningkat 253.000 pada April 2023, lebih tinggi dari perkiraan konsensus yang sebesar 178.000.

Selain itu, tingkat pengangguran pada April 2023 juuga tercatat turun menjadi 3,4 persen, lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 3,6 persen.

"Rebound minyak (pada hari Senin) mengikuti kembali menguatnya saham-saham energi di Wall Street Jumat lalu, setelah AS melaporkan data pekerjaan yang kuat, yang meredakan kekhawatiran tentang resesi ekonomi yang akan segera terjadi," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Kekhawatiran investor terhadap krisis sektor perbankan yang berpotensi menyebabkan resesi, turut mereda. Hal ini tercermin dari rebound-nya saham bank-bank AS pada Jumat lalu, dan berlanjut menguat pada perdagangan Senin.

"Kekhawatiran pasar berkurang terkait krisis perbankan yang dapat menyebabkan resesi dan mengurangi permintaan minyak," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group.

Di sisi lain, pergerakan harga minyak juga turut dipengaruhi kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ yang mulai memangkas produksi minyaknya pada Mei ini.

OPEC+ pun diperkirakan akan kembali menurunkan produksinya pada pertemuan 4 Juni 2023 mendatang.

Baca juga: 3 Ancaman Aprindo jika Kemendag Tak Bayarkan Utang Minyak Goreng Rp 344 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com