Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Sri Mulyani Tanggapi Dokter yang Marah-marah dan Mengeluh di Medsos

Kompas.com - 09/05/2023, 06:39 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung adanya dokter yang marah-marah dan mengeluh di berbagai platform media sosial. Padahal, dokter merupakan salah satu elemen penting dalam ekosistem kesehatan.

Singgungan terkait dokter yang hobi marah disampaikan Sri Mulyani ketika membicarakan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Menurut dia, Budi yang bukan merupakan seorang dokter, memiliki karakteristik tidak lelah dalam menyelesaikan masalah.

"Restless banget, restless for the right reason, untuk menyelesaikan masalah. Seorang yang enggak bisa istirahat dan tenang kalau masalahnya enggak selesai," ujar dia, dalam Launching Beasiswa Fellowship Dokter Spesialis Dalam dan Luar Negeri, Senin (8/5/2023).

Baca juga: Utang Indonesia Tembus Rp 7.879 Triliun, Sri Mulyani: Kami Tetap Hati-hati

Namun dalam penyelesaian masalah tersebut mungkin ditemukan perbedaan antara Budi dengan pihak lain. Sri Mulyani menilai, perbedaan tersebut menjadi suatu hal yang masuk akal. Adapun penyelesaian perbedaan itu seharusnya bisa diselesaikan dengan etika yang baik, apalagi ketika pembahasan melibatkan dokter.

"Mestinya para dokter dan ekosistem kesehatan adalah manusia-manusia yang civilized. Karena saya tahu banget, waktu Anda menjadi dokter itu disumpah sangat mulia," tuturnya.

"Jadi kalau hanya perbedaan, oh kenapa cara begini, cara begitu, kenapa mendidik kedokteran begini, Pak Menkes bilang kenapa enggak bisa cara baru, ya wajar lah diomongin aja, enggak usah marah-marah, enggak usah benci-benci, apalagi sampe hate-hate, kemudian sampai mencaci maki menurut saya itu enggak civilized," tambah dia.

Bendahara negara menilai, perbedaan seharusnya dipandang sebagai sebuah berkah. Pasalnya, dalam suatu pembahasan akan terdapat perspektif yang berbeda.

Dokter mengeluh di media sosial

Selain itu, Sri Mulyani juga menyinggung dokter yang kerap berkeluh kesah di platform media sosial. Salah satu contoh keluhan yang disampaikan oleh dokter ialah terkait kesiapan alat kesehatan yang ada di rumah sakit nasional.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, Kementerian Keuangan melalui LPDP telah memberikan ribuan beasiswa kepada dokter Tanah Air. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas para dokter.

Akan tetapi kemudian kesiapan rumah sakit nasional menjadi perhatian. Sebab, tidak semua rumah sakit nasional memiliki alat kesehatan seperti yang ada di luar negeri.

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Anggaran Pembangunan Jalan di Lampung

"Waktu saya di fellowship alatnya cangih banget, waktu saya di sini alatnya hanya stetoskop. Sehingga kemudian ilmu saya tidak berguna, dan kemudian mengeluh di WA group atau TikTok kemudian viral, kan kaya gitu," tuturnya.

Untuk mengatasi keluhan tersebut, Kemenkeu siap mendukung program terkait pengembangan alat kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sri Mulyani menyebutkan, pihaknya akan mendukung terkait pendanaan program pengembangan infrastruktur kesehatan nasioanal.

Bahkan, sembari bercanda Sri Mulyani bilang, dirinya siap mendapat sorotan publik, apabila pendanaan terkait penguatan infrastruktur kesehatan harus berutang kepada lembaga internasional.

"Beliau (Menkes) bilang saya enggak pake APBN, saya minta pinjaman dari Bank Dunia. Saya dimarahin lagi, utang lagi, dimarahin pula saya. Enggak apapa juga, for the right cost," ucapnya.

Baca juga: AS Harus Naikkan Plafon Utang untuk Hindari Gagal Bayar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com