Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Anjlok 4 Persen Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Kompas.com - 04/05/2023, 09:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun 4 persen pada akhir perdagangan Rabu (3/5/2023) waktu setempat atau Kamis pagi WIB usai bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

Pelemahan tersebut memperdalam merosotnya harga minyak dunia pada perdagangan hari sebelumnya yang sudah anjlok 5 persen, persentase penurunan harian terbesar sejak awal Januari 2023.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 4 persen atau 2,99 dollar AS menjadi sebesar 72,33 dollar AS per barrel. Ini menjadi penutupan terenda sejak Desember 2021.

Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 5,4 persen atau 3,06 dollar AS menjadi sebesar 71,66 dollar AS per barrel.

Baca juga: Merespons Kenaikan Suku Bunga The Fed, Wall Street Berakhir Merah

Pada pertemuan Rabu kemarin, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Kebijakan ini membuat harga minyak anjlok, sebab pasar khawatir pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat sehingga mengurangi permintaan energi.

Kendati begitu, The Fed juga mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut, memberikan waktu kepada pejabat untuk menilai dampak dari krisis perbankan yang terjadi saat ini, menunggu penyelesaian kebuntuan politik atas plafon utang AS, dan memantau laju inflasi.

Kekhawatiran pada sektor perbankan kembali mencuat usai First Republic Bank mengalami gagal bayar, dan asetnya disita Federal Deposit Insurance Corporation. JPMorgan Chase setuju untuk mengambil alih First Republic.

Adapun First Republic menambah daftar bank AS yang mengalami gagal bayar dan bangkrut, setelah sebelumnya terjadi pada Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Sivergate Bank,

"The Fed yang memasuki kini mode jeda (tidak lagi menaikkan suku bunga ke depannya), seharusnya sangat mendukung harga minyak. Tapi, pertanyaan besarnya adalah apakah kita akan mengalami lebih banyak kegagalan di sektor perbankan," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.

Baca juga: The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga 25 bps, Tertinggi dalam 16 Tahun

Saat ini investor tengah menanti kebijakan suku bunga Bank Sentral, yang diperkirakan bakal menaikkan suku bunganya pada pertemuan Kamis ini. Jika suku bunga lebih tinggi lagi maka memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi.

Data pemerintah AS menunjukkan persediaan bensin di negara itu secara tak terduga naik 1,7 juta barrel pekan lalu. Jauh dari proyeksi analis yang memperkirakan persediaan bensin turun 1,2 juta barrel.

Analis dari Oanda, Edward Moya menilai, harga minyak dunia pada dasarnya memiliki prospek yang melemah bila dilihat dari kondisi ekonomi China dan AS, yang merupakan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Jika latar belakang ekonomi makro memburuk, momentum penjualan pun dapat dengan mudah membuat harga minyak menjadi di bawah 70 dollar AS per barrel.

Data dari China, negara importir terbesar di dunia, menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur negara itu turun secara tak terduga menjadi 49,2 di April 2023 dari 51,9 pada Maret 2023. Itu adalah kontraksi pertama sejak Desember 2022.

Baca juga: IHSG Diperkirakan Melemah Pasca-kenaikan Suku Bunga The Fed, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com