JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan kondisi ekonomi Indonesia dalam satu dekade terakhir lebih baik, padahal ekonomi global secara keseluruhan tengah terpuruk. Dia mengatakan, ekonomi Indonesia mampu bangkit lebih kuat meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal yang cukup besar.
“Dalam satu dekade terakhir, kita menyaksikan tantangan eksternal yang cukup besar. Hal ini ditandai dengan menurunkan kinerja pertumbuhan ekonomi global,” kata Sri Mulyani dalam dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-23 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2022-2023, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Wanita yang akrab disapa Ani ini mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi global hanya 3,1 persen atau lebih rendah dari dekade sebelumnya yakni 4,2 persen. China dalam dekade sebelumnya mencatat pertumbuhan double digit atau 10,6 persen, mengalami perlambatan menjadi 6,2 persen dalam satu dekade terakhir.
Dia mengatakan penyebab hal tersebut adalah menguatnya kembali perang dagang antara AS dan China. Selain itu, munculnya kebijakan moneter AS pasca periode financial crisis. Kemudian perang di Ukraina yang mendorong kenaikan harga komoditas.
Baca juga: Sri Mulyani: Indonesia Berhasil Keluar dari Negara Berkembang dengan Tingkat Ekonomi yang Rapuh
“Selain itu, (perlambatan ekonomi global) terjadi karena melonjaknya inflasi global, serta dampak perubahan iklim, yang semakin sering terjadi,” tambah dia.
Sri Mulyani melanjutkan, di tengah gejolak dan tantangan itu, perekonomian Indonesia tetap terjaga. Kerja sama dan dukungan seluruh pihak terutama DPR dan otoritas lain, serta komponen bangsa dalam melaksanakan program pembangunan memberi hasil yang nyata bgi perekonomian Indonesia.
“Dalam satu dekade, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara G20 yang mampu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi global, bersama China dan India. Rata-rata pertumbuhan ekonomi RI tahun 2019 sebelum pandemi menghantam dunia sebesar 5,4 persen, jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,7 persen,” lanjut dia.
Dia mengungkapkan, bila dibandingkan dengan negara berkembang anggota G20 lainnya, Indonesia juga tumbuh lebih tinggi yaitu 5,4 persen, dimana negara berkembang anggota G20, rata-rata hanya tumbuh 3,7 persen.
“Pembangunan infrastruktur yang masif, dan perbaikan iklim investasi dan bisnis terus dilakukan. Pemerintah mampu mendorong aktivitas ekonomi nasional di tengah ekonomi dunia yang nyata,” ujar dia.
Beberapa indikator yang mendorong pertumbuhan ekonomi RI yang semakin kuat diantaranya, penurunan tingkat pengangguran dari 5,94 persen pada 2014 menjadi 5,18 persen sebelum Covid-19. Kemudian, tingkat kemiskinan juga turun tajam dari 11 persen menjadi single digit 9,2 persen di periode sama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.