Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Terpuruk, Sri Mulyani Ungkap Kondisi Ekonomi Indonesia dalam Satu Dekade

Kompas.com - 19/05/2023, 15:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan kondisi ekonomi Indonesia dalam satu dekade terakhir lebih baik, padahal ekonomi global secara keseluruhan tengah terpuruk. Dia mengatakan, ekonomi Indonesia mampu bangkit lebih kuat meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal yang cukup besar.

“Dalam satu dekade terakhir, kita menyaksikan tantangan eksternal yang cukup besar. Hal ini ditandai dengan menurunkan kinerja pertumbuhan ekonomi global,” kata Sri Mulyani dalam dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-23 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2022-2023, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Wanita yang akrab disapa Ani ini mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi global hanya 3,1 persen atau lebih rendah dari dekade sebelumnya yakni 4,2 persen. China dalam dekade sebelumnya mencatat pertumbuhan double digit atau 10,6 persen, mengalami perlambatan menjadi 6,2 persen dalam satu dekade terakhir.

Dia mengatakan penyebab hal tersebut adalah menguatnya kembali perang dagang antara AS dan China. Selain itu, munculnya kebijakan moneter AS pasca periode financial crisis. Kemudian perang di Ukraina yang mendorong kenaikan harga komoditas.

Baca juga: Sri Mulyani: Indonesia Berhasil Keluar dari Negara Berkembang dengan Tingkat Ekonomi yang Rapuh

“Selain itu, (perlambatan ekonomi global) terjadi karena melonjaknya inflasi global, serta dampak perubahan iklim, yang semakin sering terjadi,” tambah dia.

Sri Mulyani melanjutkan, di tengah gejolak dan tantangan itu, perekonomian Indonesia tetap terjaga. Kerja sama dan dukungan seluruh pihak terutama DPR dan otoritas lain, serta komponen bangsa dalam melaksanakan program pembangunan memberi hasil yang nyata bgi perekonomian Indonesia.

“Dalam satu dekade, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara G20 yang mampu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi global, bersama China dan India. Rata-rata pertumbuhan ekonomi RI tahun 2019 sebelum pandemi menghantam dunia sebesar 5,4 persen, jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,7 persen,” lanjut dia.

Dia mengungkapkan, bila dibandingkan dengan negara berkembang anggota G20 lainnya, Indonesia juga tumbuh lebih tinggi yaitu 5,4 persen, dimana negara berkembang anggota G20, rata-rata hanya tumbuh 3,7 persen.

“Pembangunan infrastruktur yang masif, dan perbaikan iklim investasi dan bisnis terus dilakukan. Pemerintah mampu mendorong aktivitas ekonomi nasional di tengah ekonomi dunia yang nyata,” ujar dia.

Beberapa indikator yang mendorong pertumbuhan ekonomi RI yang semakin kuat diantaranya, penurunan tingkat pengangguran dari 5,94 persen pada 2014 menjadi 5,18 persen sebelum Covid-19. Kemudian, tingkat kemiskinan juga turun tajam dari 11 persen menjadi single digit 9,2 persen di periode sama.

Sementara itu, tingkat ketimpangan pengeluaran yang diukur dengan Gini Koefisien membaik secara signifikan dari 0,414, menjadi 0,380. Hal ini mambu terwujud berkat berbagai program afirmasi pada klompok miskin dan retan, serta program perlindungan sosial yang efektif menurunkan angka kemiskinan dan ketimpangan.

Baca juga: Sri Mulyani: Bank Dunia Mendorong Saya Mengambil Risiko Politik

“Semangat kerja sama yang solid dan begitu baik, dari semua pihak menjadi modal yang kuat saat menghadapi guncangan pandemi Covid-19. Apalagi, dampak pandemi Covid-19 di seluruh dunia pada tahun 2020 membuat aktivitas ekonomi seluruh dunia mengalami kontraksi,” lanjutnya.

Saat itu, Indonesia mengalami kontraksi 2,1 persen, namun, kontraksi ini jauh lebih moderat dibandingkan negara seperti Filipina yang terkontraksi 09,5 persen, Thailan -6,2 persen, Malaysia -55 persen, dan Singa[pura -3,9 persen.

“Selain kontraksi yang lebih kecil, ekonomi Indonesia juga mampu pulih lebih cepat dan kuat di tahun 2021, dengan pertumbuhan 3,7 persen, dan berlanjut hingga 2022 sebesar 5,3 persen. Pencapaian ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling cepat pulih dibaandingkan negara lain di dunia,” tegasnya.

PDB riil Indonesia di 2022 melampaui pra pandemi yakni diatas 7 persen. Pemulihan ekonomi Indonesia juga lebih merata, baik dari sisi permintaan maupun produk. Di 2022, seluruh sektor juga mencatatkan pertumbuhan positif, termasuk pariwisata.

Sementara itu, tingkat pengangguran yang sempat meningkat 7,1 persen di 2020, berhasil diturunkan kembali menjadi 5,5 persen pada Februari 2023. Tingkat kemiskinan yang sempat meningkat ke double digit lagi di 2020, yakni 10,2 persen akibat pandemi telah turun kembali menjadi 9,6 persen di 2022.

“Pencapaian ini bukan kebetulan, kebijakan pengendalian pandemi serta antisipasi pengadaaan vaksin yang cepat dan efektif, ammpu membatasi penyebaran Covid-19, dan mendorong normalisasi serta optimisme masyarakat,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Akui Program KUR Punya Kelemahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com