Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Turun ke Level Terendah Dalam 2 Bulan

Kompas.com - 26/05/2023, 07:58 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia merosot ke level terendah dalam dua bulan pada akhir perdagangan Kamis (25/5/2023) waktu setempat atau Jumat pagi WIB, yang sekaligus memperpanjang kerugian untuk empat hari berturut-turut.

Pergerakan harga emas terbebani penguatan dollar AS dan optimisme seputar pembicaraan plafon utang Amerika Serikat (AS). Serta turut dipengaruhi prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi di level 1.944,45 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange turun hampir 1 persen ke level 1.946,10 dollar AS per ons.

Indeks dollar AS terpantau naik 0,27 persen menjadi 104,10 atau bergerak level tertinggi sejak 17 Maret 2023. Ini adalah kenaikan beruntun selama empat hari terakhir.

Baca juga: [POPULER MONEY] Gubernur BI Soroti soal AS Terancam Gagal Bayar Utang | Harga Emas Antam Anjlok Rp 8.000

Penguatan dollar AS itu membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi minat investor terhadap logam kuning tersebut.

"Emas benar-benar melihat sesuatu melalui lensa dollar," ujar analis independen, Ross Norman.

Di sisi lain, pertemuan antara pemerintahan Joe Biden dengan parlemen memiliki beberapa kemajuan terkait negosiasi peningkatan plafon utang AS, meski ada beberapa masalah yang masih perlu dilakukan pembahasan.

"Ini pukulan juga untuk emas, jika kesepakatan dilakukan selama akhir pekan ini, maka itu akan menghilangkan risiko terbesar (gagal bayar AS)," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di Oanda.

Baca juga: Harga Emas Dunia Turun, Tertekan Penguatan Dollar dan Alotnya Pembahasan Plafon Utang AS

Sementara itu, data ekonomi AS terbaru turut menunjukkan penguatan. Menurut proyeksi, produk domestik bruto (PDB) AS akan naik 1,3 persen pada kuartal II-2023, lebih tinggi dari proyeksi di bulan lalu yang naik 1,1 persen.

Kenaikan prospek pertumbuhan ekonomi AS itu sekaligus menunjukkan masih tingginya laju inflasi, sehingga memungkinkan untuk The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya.

"Putaran data ekonomi yang cukup mengesankan menunjukkan ketahanan ekonomi yang begitu besar, menjadi argumen untuk kemungkinan adanya kenaikan suku bunga lagi," tambah Edward Moya.

Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Didorong Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS

Kini pasar memperkirakan sekitar 41 persen kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Juni, dan melihat pemotongan suku bunga paling cepat di September, menurut alat CME FedWatch.

Seperti diketahui, emas memang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi, namun emas juga sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga.

Ketika suku bunga naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com