Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Laju Perdagangan Indonesia Melemah?

Kompas.com - 29/05/2023, 06:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NERACA perdagangan surplus berturut-turut selama 35 bulan. Tentu ini membahagiakan. Jika surplus, maka akan diikuti dengan masuk valuta asing, tersedia lapangan pekerjaan dan menambah cadangan devisa.

Meski masih cemerlang hingga akhir kuartal I 2023, kinerja perdagangan Indonesia dinilai memasuki periode krusial karena disertai dengan penurunan realisasi surplus.

Sejumlah pihak khawatir jika terus berlanjut dapat mengganggu fundamental perekonomian nasional, terutama terkait cadangan devisa dan nilai tukar rupiah.

Selain itu, prakiraan ekspor ke depan masih cukup menantang karena dibayangi pelemahan harga komoditas dan potensi resesi di negara tujuan utama ekspor, seperti Amerika Serikat.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data surplus perdagangan Maret 2023 yang mencapai 2,91 miliar dollar AS, turun dari 5,48 miliar dollar AS pada bulan sebelumnya.

Wakil Ketua KADIN (Kamar Dagang dan Industri) bidang Kelautan, Investasi, dan Luar Negeri Indonesia Shinta W. Sukamdani megkritis kinerja ekspor pada triwulan I 2023, yang melambat.

Kontribusi ekspor sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini mengalami tekanan berat.

“Kami telah mengingatkan bahwa ekspor produk bernilai tambah dan produk manufaktur akan mendapat tekanan dari penurunan permintaan sepanjang tahun ini akibat pengetatan moneter dan risiko krisis ekonomi yang tinggi di pasar utama tujuan ekspor, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa,” Kata Shinta.

Selama beberapa bulan, dia menilai pemerintah mempersulit impor bahan baku dan penolong, sehingga industri manufaktur yang berorientasi ekspor semakin tertekan.

Ia berharap pemerintah memfasilitasi segala upaya untuk mendiversifikasi pasar tujuan ekspor, terutama ke pasar nontradisional untuk mendorong pembiayaan ekspor dan penetrasi pasar, serta melonggarkan pembatasan impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal untuk memaksimalkan kinerja manufaktur.

Faktor batu bara

Indonesia mencatat surplus perdagangan 35 bulan dengan surplus, karena laju pertumbuhan impor menurun lebih cepat dibandingkan dengan ekspor.

Surplus yang tercatat melebihi prediksi awal dan ekspektasi pasar. Namun impor, terutama barang modal menurun di luar perkiraan. Perlu ditanyakan apakah ini adalah sesuatu yang masih dapat dipertahankan lebih lama.

Bank Dunia telah memperkirakan bahwa lemahnya permintaan global, terutama di China dan AS serta Uni Eropa akan berdampak pada ekspor Indonesia dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 (“Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Desember 2022”).

"Permintaan global yang melemah dapat merugikan kinerja ekspor Indonesia dan mengurangi aliran investasi asing. Pengetatan moneter global juga dapat memicu keluarnya arus modal yang lebih besar, serta depresiasi rupiah yang kemudian memicu inflasi," kata “Bank Dunia”.

Dari sisi komiditi ekspor berkaitan dengan batu bara dan pertambangan lainnya. Khususnya, ekspor batu bara mengalami penurunan MoM Februari 2023 sebesar 6,51 persen, lebih rendah dibandingkan dengan penurunan harga MoM Januari sekitar 28 persen.

Ini mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya permintaan dari China, meskipun penting untuk dicatat bahwa ini kemungkinan merupakan lonjakan volume satu kali karena China membuka kembali.

Patut dicatat bahwa hal ini tidak berdampak pada kenaikan harga batu bara yang berkelanjutan, yang bahkan cenderung terus menurun.

Batu bara berjangka juga telah menurun dan menyatu dengan harga batu bara spot, yang membuat pemulihan harga dalam jangka pendek terlihat semakin kecil kemungkinannya.

Tanda ekonomi melemah?

Tidak kalah menarik untuk diperhatikan adalah penurunan impor yang cukup tajam. Impor ke Indonesia anjlok 22,32 persen tahun-ke-tahun menjadi 15,35 miliar dollar AS pada April 2023, jauh lebih curam dari perkiraan pasar penurunan.

Indonesia mengalami penurunan impor tahunan (year-on-year) pada April 2023 menjadi 15,35 miliar dollar AS, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan.

Angka tersebut menurun sebesar 25,45 persen dibandingkan dengan Maret 2023 (month-to-month) dan 22,32 persen tahunan (year-on-year).

Penurunan tidak hanya sektor migas (khususnya minyak mentah dan BBM). BPS mencatat penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan impor migas sebesar 59,8 juta dollar AS atau sekitar 2 persen dan impor nonmigas sebesar 5,18 miliar dollar AS atau sekitar 30 persen pada April 2023.

“Penurunan impor migas disebabkan oleh penurunan impor semua komponen migas, seperti minyak mentah 33,9 juta dollar AS atau 4,15 persen, hasil minyak 7,6 juta dollar AS atau 0,42 persen, dan gas 18,3 juta dollar AS atau 4,67 persen,” penjelasan BPS.

Penurunan terbesar impor April dari kelompok nonmigas terjadi pada mesin atau peralatan listrik dan bagiannya senilai 820,1 juta dollar AS atau 32,01 persen. Sementara peningkatan impor terbesar adalah industri limbah dan makanan senilai 73,2 dollar AS atau 22,48 persen.

Penurunan impor barang modal dan bahan baku industri biasanya merupakan sinyal penurunan investasi dan pertumbuhan di dalam negeri dalam tiga bulan mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com