Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan Virtual Perbankan Masih Terhambat Literasi dan Infrastruktur

Kompas.com - 19/06/2023, 15:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia menunjukkan minat tinggi terhadap perbankan virtual atau digital di Indonesia.

Consumer Payment Attitudes Study 2022 Visa menemukan, sekurang-kurangnya 8 dari 10 konsumen menunjukkan ketertarikan untuk membuka rekening virtual bank, terutama di kalangan kaya (affluent) dan generasi muda.

Salah satu alasan memilih bank virtual adalah karena bisa menarik uang di ATM manapun dan bisa mengakses berbagai layanan secara digital tanpa harus pergi ke kantor cabang.

Namun begitu, adanya ketimpangan antara literasi dan inklusi keuangan di Indonesia perlu diatasi demi memperlancar transformasi perbankan di Indonesia.

Baca juga: Cara Aktivasi Kartu Virtual Mandiri dengan Mudah

Menyitir data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Head of Center of Innovation and Digital Economy INDEF Nailul Huda mengatakan, tingkat literasi keuangan Indonesia 2022 baru mencapai 49,68 persen. Sedangkan, indeks inklusi keuangan telah mencapai 85,10 persen.

"Masih ada gap, ini meninggalkan lubang dan menjadi PR. Kalau ada gap yang tinggi bisa jadi bumerang. Biarpun inklusi tinggi, tapi literasi relatif rendah, nanti akan ada penipuan dan sebagainya, ujar dia dalam virtual talk show Contactless Talk: "Memasuki Era Virtual Banking di Indonesia”, Senin (19/6/2023).

Baca juga: Wapres Ingin Inovasi Ditingkatkan untuk Dorong Literasi Keuangan

Ia menambahkan, salah satu faktor yang menyebabkan adanya ketimpangan literasi dan inklusi keuangan adalah tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan terbukti berpengaruh pada tingkat literasi seseorang, dalam hal ini keuangan.

Selain itu, infrastruktur yang tidak merata di Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya ketimpangan inklusi dan literasi.

"(Tingkat) literasi paling rendah itu ada di Bengkulu, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara berkisar 30 persenan," imbuh dia.

Nailul berharap, perbaikan infrastruktur dan kolaborasi dengan pihak swasta akan dapat membuat jarak antara literasi dan inklusi keuangan tidak lebar.

Baca juga: Minat Pengguna Kartu Debit GPN Kian Berkurang, Ini Alasannya


Dalam kesempatan yang sama, Head of Products and Solutions Visa Dessy Masri mengatakan, dalam kaitannya dengan contactless card hal yang menjadi penghambat adalah kesiapan dari pedagang (merchant).

"Masih ada 50 persen PR untuk di-enable, merchant itu masih kurang," imbuh dia.

Selain itu, Dessy juga sepakat, tingkat infrastrukur keuangan juga memerlukan banyak perbaikan.

"Debit Contactless pakai jaringan GPN, itu perlu kerja sama dengan switching. Jadi bagaimana membuat infrastruktur ini bisa dijalankan sama dengan di luar (negeri) sana," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com